KITAB OBADJA
MANA BACAAN YANG BENAR: “OBADYA” ATAU “OBAJA”?
Ini
sebetulnya hanya temuan sepele dan tanpa disengaja. Beberapa waktu lalu, ketika
menerjemahkan sebuah buku berbahasa Arab, saya mendapati kutipan dari
Perjanjian Lama, tepatnya kitab ‘Ubadya ( عوبديا ).
Karena agak kesulitan mengikuti gaya bahasanya, saya kemudian merujuk kepada
naskah Alkitab edisi Indonesia. Namun, saya kebingungan. Bolak-balik saya
meneliti nama-nama kitab dalam kumpulan Perjanjian Lama edisi Indonesia, tetapi
tidak saya temukan nama kitab yang dikutip dalam buku berbahasa Arab tsb. Akhirnya, saya perhatikan baik-baik, satu per satu,
seluruh nama kitab dalam kumpulan Perjanjian Lama, dan menemukan satu nama yang
agak mirip, yaitu kitab Obaja. Ketika saya rujuk pasal dan nomor ayatnya,
ternyata cocok dengan teks Arabnya. Saya pun mengambil teks itu, dan
memasukkannya ke dalam naskah terjemahan.
Akan tetapi, sejak saat itu saya selalu berpikir, mengapa nama ‘Ubadya bisa berubah menjadi Obaja? Dari mana logika dan asal-usul perubahan ini? Sejak kapan perubahan itu terjadi? Jika Kristen masuk ke Indonesia melalui para misionaris Spanyol dan Belanda, apa nama kitab ‘Ubadya dalam bahasa asli kedua bangsa tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian mendorong saya untuk memeriksa seluruh versi Perjanjian Lama yang saya ketahui, baik dalam edisi Indonesia, Arab, Inggris, Belanda, Spanyol, Persia, Yunani, Ibrani, bahkan edisi-edisi terjemahan bahasa lokal seperti Batak, Jawa, Makassar, Bali, Sunda, dsb. Saya juga berupaya memeriksa edisi yang diterbitkan pada tahun berlainan, dengan harapan menemukan sumber pertama ketidakakuratannya.
Apa yang saya harapkan dari penelitian ini? Saya hanya berharap mengerti asal-usul ketidakakuratan itu, dan mencoba memahami mengapa Al-Qur’an sangat sering mengkritik kaum Ahli Kitab sebagah umat yang suka mengubah-ubah Alkitab mereka. Istilah yang dipergunakan Al-Qur’an adalah tahrif, misalnya dalam surah-surah al-Baqarah: 75, an-Nisa’: 46, al-Ma’idah: 13 dan 41. Secara singkat, istilah tahrif berarti mengganti salah satu huruf dalam sebuah kata, sehingga kata itu berubah maknanya. Contoh paling nyata dari praktek ini disitir oleh surah an-Nisa’: 46, sbb: “Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya (yuharrifunal kalima ‘an mawadhh’ihi) dan mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.”
Penjelasan terperinci atas perilaku kaum Yahudi dan Nasrani, sebagaimana disinggung ayat diatas, dapat ditemukan dalam kitab-kitab tafsir. Dan, sejujurnya penelitian singkat ini memberi saya suatu wawasan baru yang membuktikan pernyataan Al-Qur’an perihal Ahli Kitab, khususnya masalah tahrif dan bagaimana Alkitab telah “dicampuri” ulah tangan-tangan manusia sedemikian rupa. Nukilan ayat-ayat pertama seluruh kitab Obaja yang saya sajikan dalam artikel ini juga menunjukkan spektrum yang sangat mencengangkan perihal campur tangan manusia terhadap Kitab Suci tersebut.
Baiklah, sekarang mari kita mulai penyelidikan ini.
Saya akan memulainya dengan memeriksa naskah-naskah Perjanjian Lama edisi kontemporer, yakni yang diterbitkan setelah tahun 2000, atau edisi Abad XXI sekarang, kemudian semakin mundur kepada tahun-tahun yang lebih tua. Nama kitab Obaja, atau Obadiah, atau apapun lainnya, saya ambil dari bunyi ayat pertamanya dalam suatu edisi Alkitab tertentu yang saya periksa. Saya awali dari edisi Indonesia, Melayu, dan bahasa daerah.
1. Alkitab
Modified Indonesia Literal Translation (MILT) yang diterbitkan oleh Yayasan
Lentera Bangsa pada tahun 2008. Ayat pertamanya berbunyi: “Penglihatan Obaja.
Beginilah firman Tuhan (Tuhan – 136) ALLAH (YAHWEH – 3068) mengenai Edom. Kami
mendengar suatu berita dari TUHAN (YAHWEH – 3069), seorang utusan telah diutus
ke antara bangsa-bangsa. “Bangkitlah, biarlah kita bangkit untuk berperang
melawannya.”
2. Alkitab
Versi Mudah Dibaca (AMD/WBTC) yang diterbitkan oleh World Bible Translation
Center Inc., tahun 2005. Ayat pertamanya berbunyi: “Inilah penglihatan Obaja.
Inilah yang dikatakan Tuhan ALLAH tentang Edom. Kami telah mendengar suatu
berita dari TUHAN. Seorang utusan telah disuruh kepada bangsa-bangsa. Ia
berkata, Marilah kita memerangi Edom.” Pada permulaannya, ditambahkan judul:
Edom Akan Dihukum.
3. Alkitab
dalam Bahasa Makassar Sehari-hari, terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
tahun 1999. Ayat pertamanya berbunyi: “Iaminne boto napabattua Nabi Obaja;
napabattui pasanNa Batara Kaminang Tinggia ri passalana bansa Edom: Nikirimmi
battu tinusoraNa Batara mae ri bansa-bansaya, siagang lebami nilangngere pasang
naeranga kamma anne, “Sadia mako untu abundu! Umba kilampa mange ambunduki
bansa Edom.”
4. Alkitab
Bahasa Toba (Bibel Dohot Ende), terbitan LAI tahun 1998. Isinya sama dengan
terjemahan P. Johannsen yang dicetak di Jerman tahun 1894, tetapi ejaannya
telah diperbaharui, dan ternyata pada kata Obadja (dengan “dj”) diganti menjadi
Obaja, sebagaimana dapat dilihat dalam teks ayat pertamanya berikut ini:
“Pangungkapon ni Si Obaja, songon on do hata ni Tuhan Jahowa taringot tu
Edom: Nunga hubege hami sada barita sian Jahowa, jala nunga disuru sada pangulu
tumopot angka bangso parbegu: Tole antong, borhat ma hita marmusu dompak
nasida.”
5. Alkitab
Bahasa Bugis, terbitan LAI tahun 1997. Ayat pertamanya berbunyi: “Iyana botona Obaja;
napalettui pasenna PUWANG Iya Pommatanr passalenna bangsa Edom: Purani nakiring
PUWANGNGE suro-Na lao ri bangsa-bangsa, na purani tangkalinga paseng iya natiwi
selaku mangolow, “Sadiyo untu mammusu! Laono mai tajoppa gasai Edom.”
6. Alkitab
Berita Baik (Today’s Malay Version, Alkitab BM) terbitan Bible Society of
Malaysia tahun 1996. Ayat pertamanya berbunyi: “Inilah nubuat Obaja. Dia
menyampaikan firman TUHAN Raja tentang Edom. [Tuhan akan Menghukum Edom]. Tuhan
telah mengirim utusan-Nya kepada bangsa-bangsa, dan kita telah mendengar
perkhabaran-Nya, “Bersiaplah! Marilah kita berperang melawan Edom.” Disini,
bagian yang dimasukkan dalam kurung siku adalah judul yang ditambahkan.
7. Alkitab
dalam Bahasa Madura Sehari-hari, atau ALKETAB e dhalem Basa Madura, terbitan
LAI tahun 1994. Ayat pertamanya berbunyi: “Reya ramalanna Obaja, se
aroppa pessen dhari GUSTE Allah Se Mahatenggi parkara bangsa Edom: PANGERAN la
ngerem otosanna ka sa-bangsa, sengko ban bana la ngedhing parkara pessen se
egiba para otosan jareya, iya reya, “Mara aya-sadhiya se aperranga! Mara ja
mangkada nyerrang Edom!”
8. Alkitab
Bahasa Jawa – Bahasa Sehari-hari, atau: Kabar Kabingahan – KITAB SUCI mawi Basa
Jawa Padintenan, tahun 1994, diterbitkan oleh LAI. Ayat pertamanya berbunyi: “Iki
ramalané Nabi Obaja: Pangandikané Pangéran Kang Mahakwasa kanggo Édom
mangkéné: Gusti Allah wis ngutus utusané marang para bangsa, lan kita wis padha
krungu pangandikané, “Padha tata-tataa! Ayo padha nglurug perang nglawan Édom!”
9. Alkitab
Bahasa Sunda, atau KITAB SUCI Nya eta Kitab Perjangjian Lawas sareng
Perjangjian Anyar Nganggo Basa Sunda Sadidinten, terbitan LAI tahun 1991. Ayat pertamanya
berbunyi: “Ieu ramalan Obaja. Anjeunna nyaurkeun timbalan PANGERAN Nu
Maha Agung ngeunaan bangsa Edom. PANGERAN geus ngintun utusan ka bangsa-bangsa,
sarta urang geus ngadenge pesen Mantenna: Geura tatan-tatan! Urang ngarurug
merangan Edom!”
10. Alkitab
Firlan Allah Yang Hidup (FAYH) Alkitab Dalam Bahasa Sehari-Hari, diterbitkan
oleh sebuah lembaga Kristen bekerjasama dengan Living Bibles International
tahun 1989. Ayat pertamanya berbunyi: “DALAM suatu penglihatan Tuhan ALLAH
menunjukkan kepada Obaja masa depan negeri Edom. Tuhan ALLAH berfirman
kepada Obaja bahwa Ia telah mengirim seorang utusan kepada bangsa-bangsa
untuk menyampaikan pesan ini: “Dengarlah! Kamu harus mengirim bala tentaramu
melawan Edom dan menghancurkannya!”
11. Alkitab
Bahasa Karo (Pustaka si Badia Berita si Meriah, Old and New Testament in
Today’s Karo Version), terbitan LAI tahun 1987. Ayat pertamanya berbunyi: “Enda
me nubuat Obaja: eme kata si ibelasken TUHAN si Erdolat kerna bangsa
Edom. [TUHAN ngukum Edom]. TUHAN nggo nuruh suruh-suruhenna man bangsa-bangsa
janah kerina kito nggo megisa kai si ikatakenna, “Esikapken! Ota kita erperang
ras Edom.” Bagian yang diberi tanda kurung siku adalah judul yang ditambahkan.
12. Alkitab
Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS, Kabar Baik Masa Kini), diterbitkan oleh LAI tahun
1985. Ayat pertamanya berbunyi: “Inilah ramalan Obaja; ia menyampaikan
pesan TUHAN Yang Mahatinggi mengenai bangsa Edom: Tuhan telah mengirim
utusan-Nya kepada bangsa-bangsa, dan kita telah mendengar pesan yang dibawanya
sebagai berikut, “Bersiaplah untuk berperang! Marilah kita berangkat menyerang
Edom.”
13. Alkitab
Terjemahan Baru, terbitan LAI tahun 1974. Ayat pertamanya berbunyi:
“Penglihatan Obaja. Beginilah firman Tuhan ALLAH tentang Edom--suatu
kabar telah kami dengar dari TUHAN, seorang utusan telah disuruh ke tengah
bangsa-bangsa: “Bangunlah, marilah kita bangkit memeranginya!”--”
14. Alkitab
Ende Kitab Kudus, diterbitkan atas bantuan pemerintah RI dalam Repelita, tahun
1970, dicetak oleh Percetakan Arnoldus, Ende-Flores. Ayat pertamanya berbunyi:
“Penglihatan Obadja. Demikianlah Tuhan Jahwe bersabda tentang Edom: Aku
telah mendengar pekabaran dari Jahwe, seorang bentara telah diutus ke-tengah2
bangsa2: Ajuh: Marilah kita naik lawan (bangsa) itu akan pertempuran!” Perhatikan
baik-baik, tertulis: Obadja, ada huruf “d” sebelum “j”.
15. Alkitab
Terjemah Lama, merupakan hadiah pemerintah RI untuk masyarakat Kristen, tahun
1954. Ayat pertamanya berbunyi: “Bahwa inilah khayal Obaja. Demikianlah
firman Tuhan Hua akan hal Edom: Bahwa dari pada Tuhan juga kami sudah mendengar
kabar dan bagaimana seorang utusan sudah disuruh di antara segala bangsa kafir;
bangkitlah berdiri, biar kami berlengkap akan berperang dengan dia.”
16. The Old
Testament, translated out of the original tongues into Batak (Toba), the
language of the Batak in the island of Sumatra; oleh P. Johannsen, diterbitkan
di Elberfeld (Jerman), tahun 1894, dalam bahasa Batak (Toba). Ayat pertamanya
berbunyi: “Pangungkapon ni Si Obadja, songonon do hata ni Tuhan Djahowa
taringot tu Edom: nunga hubege hami sada barita sian Djahowa djala nunga disuru
sada pangulu tumopot angka bangso parbegu: tole antong, borhat ma hita marmusu dompak
nasida.” Perhatikan, ada “d” sebelum “j” disini, seperti dalam edisi Ende.
Kemudian,
diteruskan ke dalam edisi-edisi Alkitab yang berbahasa asing.
17. The
Lexham English Bible (LEB), diterbitkan tahun 2010 oleh Logos Research Systems
Inc., dalam bahasa Inggris. Bagian dari sebuah modul software Alkitab. Ayat
pertamanya berbunyi: “This is the vision of Obadiah. This is what the
Almighty LORD says about Edom: We have heard a message from the LORD. A
messenger was sent among the nations to say, “Get ready! Lets go to war against
Edom.”
18. Easy To
Read Version (ERV), terbitan World Bible Translation Center, tahun 2006, dalam
bahasa Inggris. Ayat pertamanya berbunyi: “This is the vision of Obadiah.
This is what te Lord GOD says about Edom: We heard a report from the LORD. A
messenger was sent to the nations. He said, Lets go fight against Edom.”
19. Tanach
(Hebrew Bible), dari situs Sacred Texts, yang didasarkan pada the
Westminister Leningrad Codex (WLC), milik the Westminister Hebrew Institute,
tahun 2006, dalam bahasa Ibrani. Ayat pertamanya berbunyi: “ḥăzwōn ‘ōḇaḏəyâ kōh-’āmar ’ăḏōnāy yəhwih le’ĕḏwōm
šəmû‘â šāma‘ənû mē’ēṯ yəhwâ
wəṣîr bagwōyim šullāḥ
qûmû wənāqûmâ ‘āleyhā
lammiləḥāmâ:” Tulisan aslinya adalah
(dibaca dari kanan ke kiri):
חֲז֖וֹן עֹֽבַדְיָ֑ה כֹּֽה־אָמַר֩ אֲדֹנָ֨י יְהוִ֜ה לֶאֱד֗וֹם שְׁמוּעָ֨ה שָׁמַ֜עְנוּ מֵאֵ֤ת יְהוָה֙ וְצִיר֙ בַּגּוֹיִ֣ם שֻׁלָּ֔ח ק֛וּמוּ וְנָק֥וּמָה עָלֶ֖יהָ לַמִּלְחָמָֽה׃
20. Bijbel,
tahun 2004, dalam bahasa Belanda, berasal dari terjemahan King James Version
(KJV, Statenvertaling), bertahun 1637. Merupakan naskah digital dari www.arsfloreat.nl. Ayat pertamanya berbunyi:
“Het gezicht van Obadja. Alzo zegt de Heere HEERE van Edom: Wij hebben
een gerucht gehoord van den HEERE, en er is een gezant geschikt onder de
heidenen: Staat op, en laat ons opstaan tegen hen ten strijde.”
21. Reina-Valera
Actualizada – Antiguo Testamento (yakni: The King James Version Updated, The
Old Testament), tahun 2003, oleh Editorial Mundo Hispano, dalam bahasa Spanyol.
Ayat pertamanya berbunyi: “La visión de Abdías: Así ha dicho el Señor
Jehovah acerca de Edom (hemos escuchado de parte de Jehovah la noticia de que
ha sido enviado un mensajero a las naciones, diciendo: “¡Levantaos! ¡Levantémonos
contra él en batalla!”).
22. New
English Translation (NET), tahun 1996-2005, oleh Biblical Studies Press, L.L.C,
dalam bahasa Inggris. Ayat pertamanya berbunyi: “The vision that Obadiah
saw. The Lord God says this concerning Edom: We have heard a report from the
Lord. An envoy was sent among the nations, saying, “Arise! Let us make war
against Edom!”
23. Contemporary
English Version – United Kingdom (CEVUK), tahun 1995. Ayat pertamanya berbunyi:
“The LORD God gave Obadiah a message about Edom, and this is what we
heard: I, the LORD, have sent a messenger with orders for the nations to attack
Edom.”
24. Good
News Bible (GNB), terbitan American Bible Society tahun 1992 (2nd
Editon), dalam bahasa Inggris. Ayat pertamanya berbunyi: “This is the prophecy
of Obadiah -- what the Sovereign LORD said about the nation of Edom. The
LORD has sent his messenger to the nations, and we have heard his message: Get
raedy! Let us go to war against Edom!”
25. Revised
English Version (REB), tahun 1989. Ayat pertamanya berbunyi: “The vision of Obadiah:
the words of the Lord GOD about Edom. While envoys were being dispatched among
the nations, saying, Up! Let us attack Edom, I heard this message from the
LORD.”
26. Bible
in Basic English (BBE), dicetak di Inggris oleh Cambridge Press pada tahun
1965. Ayat pertamanya berbunyi: “The vision of Obadiah. This is what the
Lord has said about Edom: we have had word from the Lord, and a representative
has been sent among the nations, saying, Up! and let us make war against her.”
27. Authorised
Version (AV) atau King James Version (KJV), tahun 1769, dalam bahasa Inggris. Ayat
pertamanya berbunyi: “The vision of Obadiah. Thus saith the Lord GOD concerning
Edom; We have heard a rumour from the LORD, and an ambassador is sent among the
heathen, Arise ye, and let us rise up against her in battle.”
28. Edisi
Farsi (Persia), dari naskah digital, tanpa tahun, yang ditulis dengan huruf
Arab. Jelas disini tertulis kata yang kurang lebih bisa dibaca ‘Ubadya, atau
Obadia, atau Obadja (baca: Obadya), sebagaimana dalam versi-versi berbahasa
asing lainnya. Kami melihat teks ayat pertamanya ditulis seperti berikut ini
(tanpa tanda baca):
خداوند، آيندهء سرزمين ادوم را در رؤيايى به عوبديا
نشان داد. از جانب خدواند خبر رسيده كه قاصدى با اين ﭘـيام نزد قول ها فرستاده شده
است : آماده شويد تا به جنـﮓ أدوم برويم
29. Vulgata, yaitu Bibel dalam bahasa Latin, yang kami ambil dari situs Sacred Texts,
yang didasarkan pada naskah standar bertahun 1598. Ayat pertamanya berbunyi:
“Visio Abdiæ. [Hæc dicit Dominus Deus ad Edom: Auditum audivimus a
Domino, et legatum ad gentes misit: surgite, et consurgamus adversus eum in
prælium.”
30. Al-Kitab
Al-Muqaddas Al-‘Ahdu Al-Qadim, yaitu Bibel berbahasa Arab, tanpa tahun. Kami
mendapati teks ayat pertamanya berbunyi (sudah lengkap dengan tanda baca dari
edisi aslinya):
رُؤْيَا عُوْبَدْيَا: هَكَذَا قَالَ
السَّيِّدُ الرَّبُّ عَنْ أَدُوْمَ ( سَمِعْنَا خَبَرًا مِنْ قِبَلَ الرَّبِّ
وَأُرْسِلَ رَسُوْلٌ بَيْنَ الأُمَمِ : قُوْمُوْا وَلْنَقُمْ عَلَيْهَا
لِلْحَرْبِ).
31. Septuaginta,
yaitu Bibel dalam bahasa Yunani, yang kami ambil dari situs Sacred Texts. Pada
ayat pertamanya, tertulis:
ὅρασις Αβδιου τάδε λέγει κύριος
ὁ θεὸς τῇ Ιδουμαίᾳ
ἀκοὴν ἤκουσα παρὰ
κυρίου καὶ περιοχὴν εἰς τὰ
ἔθνη ἐξαπέστειλεν ἀνάστητε καὶ ἐξαναστῶμεν
ἐπ᾽ αὐτὴν
εἰς πόλεμον.
(Catatan: gambar asli setiap halaman pertama
kitab ‘Ubadya kami sertakan di akhir artikel ini)
Akhirnya,
paparan data dari 31 versi Perjanjian Lama yang berbeda-beda diatas membawa
kita kepada beberapa kesimpulan penting.
· Seluruh edisi Alkitab berbahasa Inggris sepakat membaca atau menyebut namanya dengan Obadiah. Cara pelafalan ini dekat dengan versi bahasa Semit, asal-usul Perjanjian Lama.
· Alkitab dalam bahasa Spanyol, Septuaginta (Yunani), dan Vulgata (Latin), menggunakan istilah yang mirip satu sama lain, yaitu: Abdías, Αβδιου, Abdiæ. Pelafalan ini juga lebih dekat kepada bahasa Semit.
· Alkitab berbahasa Arab, Persia, dan Ibrani (Tanach), menggunakan istilah yang mirip bahkan identik satu sama lain, yaitu: ‘Ubadya ( عوبديا ) dan Obadeya (‘ōḇaḏəyâ, עֹֽבַדְיָ֑ה).
· Alkitab berbahasa Belanda menyebutnya dengan Obadja. Tampaknya, nama ini harus dibaca Obadya, dimana huruf “j” – jika sendirian – dalam bahasa Belanda selalu disuarakan dengan “y”, seperti Jan Pieterszoon Coen (dibaca: yan piterzon kun), atau Bijbel (dibaca: beybel). Artinya, “dj” dalam kata Obadja adalah 2 huruf yang terpisah dan mewakili 2 konsonan berbeda yaitu “d” dan “j”, bukan dua huruf yang mewakili satu konsonan “j”. Jadi, ia tidak boleh dibaca Obaja, sebagaimana Djakarta (Jakarta) atau Djokdja (Jogja). Dengan dibaca Obadya, berarti mendekati pelafalan dalam bahasa Semit.
· Seluruh Alkitab edisi Indonesia, Malaysia dan terjemahannya dalam bahasa-bahasa lokal, sepakat menggunakan istilah Obaja, kecuali untuk edisi Ende (1970) dan Elberfeld (1894), karena masih memakai istilah yang sama dengan versi Belanda, yaitu Obadja. Alkitab Terjemahan Lama, yang dicetak pada tahun 1954, ternyata juga menggunakan istilah Obaja. Dengan kata lain, edisi ini tidak dirujuk oleh edisi Ende (1970). Jika diperhatikan, penerbit Alkitab yang memuat nama Obaja kebanyakan adalah LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), walau juga ada penerbit-penerbit lain.
· Alhasil, jelas terlihat bahwa para penerjemah Alkitab edisi Indonesia tsb telah gagal membaca dengan tepat sebuah teks paling eksplisit yang merujuk kepada nama seorang Nabi pada deretan tokoh-tokoh penting dalam sejarah agama Yahudi/Kristen. Seluruh edisi mutakhir dari Alkitab yang tersebar di Indonesia ternyata selalu memuat kesalahan ini, dan terus-menerus dicetak dengan mencantumkan nama Obaja. Padahal, ia sudah jelas-jelas keliru dan bertentangan dengan semua versi Alkitab di seluruh dunia, terutama naskah-naskah yang lebih tua dan otoritatif seperti KJV, Septuaginta, Vulgata, dan Tanach.
· Kesimpulan tersebut cukup beralasan, berdasarkan keterangan dalam Program Alkitab Versi 2.7 (software), dimana dikatakan bahwa nama Obaja berarti “Hamba Tuhan”. Bagi orang yang memahami bahasa-bahasa Semit, padanan paling tepat darinya pastilah ‘Ubadiyah atau Obadeya, dan mungkin mirip dengan ‘Abdullah dalam bahasa Arab. Jadi, kekeliruan penulisan “Obaja” tsb tetap tidak disadari walaupun maknanya telah merujuk kepada pengertian dalam bahasa aslinya secara tepat. Bagi saya pribadi, hal ini cukup aneh.
· Senada dengannya, dalam situs Wikipedia (edisi Inggris), tepatnya pada artikel berjudul Obadiah (link: http://en.wikipedia.org/wiki/Obadiah), yang diakses pada tanggal 14 Desember 2012, dikatakan: “Obadiah (pronounced /oʊbədaɪ.ə/, Hebrew: עבדיה Obhadyah orעבדיהו `oḆaDYaHOo, or in Modern Hebrew Ovadyah) is a Biblical theophorical name, meaning "servant of Yahweh" or "worshipper of Yahweh." It is related to "Abdeel", "servant of God", which is also cognate to the Arabic name "Abdullah" or "Obaidullah". Turkish name Abdil or Abdi. The form of Obadiah's name used in the Septuagint is Obdios; in Latin it is Abdias. The Bishops' Bible has it as Abdi.”
· Pada edisi Elberfeld (1894), yaitu Alkitab berbahasa Batak Toba, terlihat dengan jelas bagaimana sumber kekeliruan itu bermula. Disana dikatakan: “Pangungkapon ni Si Obadja, songonon do hata ni Tuhan Djahowa taringot tu Edom….” Perhatikan pada kata ‘Obadja’ dan ‘Djahowa’. Bagaimana seharusnya kedua kata ini dibaca? Jika seseorang berpegang pada pembacaan umum Djahowa menjadi “jahowa” maka Obadja pasti akan dibaca “obaja”, dan bukannya “obadya” sebagaimana seharusnya. Kekeliruan inilah yang terjadi pada edisi 1998 dari terjemahan Batak Toba, yang diterbitkan oleh LAI. Pada edisi modern ini, kalimat dalam edisi Elberfeld tersebut ditulis ulang mengikuti ejaan baru (EYD), menjadi: “Pangungkapon ni Si Obaja, songon on do hata ni Tuhan Jahowa taringot tu Edom:….” Mungkin kita bisa merasakan kebingungan serupa ketika orang berbeda-beda menulis dan melafalkan nama Jesus atau Yesus.
· Edisi Ende (1970) juga memperlihatkan sumber kekeliruan pembacaan tersebut. Dalam edisi ini, secara nyata kita bisa membedakan apakah “dj” itu seharusnya dibaca “j” atau “y”, sebab ada beberapa kata di dekatnya yang bisa menjadi pembanding. Perhatikan teks aslinya: “Penglihatan Obadja. Demikianlah Tuhan Jahwe bersabda tentang Edom: Aku telah mendengar pekabaran dari Jahwe, seorang bentara telah diutus ke-tengah2 bangsa2: Ajuh: Marilah kita naik lawan (bangsa) itu akan pertempuran!” Kita melihat, edisi ini konsisten menggunakan huruf “j” untuk menyatakan konsonan “y”, yaitu pada kata: Jahwe (dibaca: yahwe) dan Ajuh (dibaca: ayuh, ayo).
· Melihat tahun penerbitan Alkitab Ende, ejaan yang dipergunakan adalah Ejaan Soewandi (aslinya: Edjaan Soewandi, atau Edjaan Republik), yang berlaku dalam periode 1947-1972, menggantikan Ejaan Van Ophuijsen yang telah berlaku sejak 1901. Ejaan Soewandi kemudian digantikan oleh EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Dalam Ejaan Soewandi, “j” ditulis “dj” seperti pada ‘djarak’, dan “y” ditulis “j” seperti ‘sajang’. Ketika EYD diterapkan dan para penyalin Alkitab hendak menerbitkannya dalam edisi baru, mereka menyangka bahwa “dj” dalam kata “Obadja” dibaca “Obaja”, padahal seharusnya “Obadya”. Maka, terjadilah kekeiruan berantai yang merembet pada seluruh edisi terjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia yang diterbitkan setelah itu. Jika pun mereka tidak merujuk kepada edisi Ende, pada kenyataannya edisi Belanda pun mencantumkan isthlah “Obadja”. Jadi, di sinilah letak masalahnya.
Saya
pikir, pada cetakan mendatang sangat mungkin para penerbit Alkitab akan mengganti
nama kitab tersebut menjadi Obadiah atau
Obadya, jika mereka menyadari kekeliruannya. Tetapi, bagi kaum muslimin, ini justru
semakin menunjukkan bagaimana tangan-tangan manusia bergerak lincah “mengedit” sebuah
Kitab Suci. Ini akan menjadi bukti diatas bukti bahwa apa yang dikatakan oleh
Allah di dalam Al-Qur’an ini adalah kebenaran: “Dan diantara mereka ada yang
buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka
dan mereka hanya menduga-duga. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang
yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya;
"Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang
sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaaan yang besarlah bagi mereka, akibat
apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi
mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 78-79).
Memang benar bahwa mereka hanya menduga-duga, tanpa dilandasi ilmu. Dan, ayat pertama dari 31 kutipan Kitab ‘Ubadya diatas memperlihatkan betapa sangat berbedanya bunyinya. Kita akan bertanya-tanya, mana sebenarnya yang firman Tuhan? Mengapa di setiap edisi terjadi perbedaan yang terkadang sangat jauh? Bagi seorang akademisi, ini pastilah sangat mengejutkan. Tetapi, seperti kata Al-Qur’an, pada dasarnya mereka hanya menuliskan sendiri isi Al-Kitab menurut yang mereka mau, lalu dikatakannya: “Inilah firman Tuhan!”
Sungguh sangat tepat kiranya jika Al-Qur’an menamai mereka sebagai Ahli Kitab, atau People of Books, yaitu orang-orang yang hanya mengikuti buku-buku, bukan mengikuti ahli-ahli agama yang secara otoritatif bisa membaca Kitab Sucinya dengan benar secara sambung menyambung hingga Nabi ‘Isa, Nabi Musa, atau dalam kasus ini Nabi ‘Ubadya. Harap dicatat, kitab-kitab tsb ditulis dalam bahasa Ibrani yang serumpun dengan bahasa Arab, dimana ia ditulis/dibaca dari kanan, tidak memiliki huruf hidup (vokal), dan tanpa tanda baca maupun titik pembeda huruf. Peluang untuk salah pasti sangat besar. Maka, ketika buku-buku yang mereka ikuti keliru, yang mungkin berawal dari seorang penyalin yang salah membacanya, sebagaimana tampak dalam salinan Kitab ‘Ubadya edisi Indonesia, mereka tidak bisa membenarkannya dan bahkan tidak menyadari telah salah. Jika seperti ini masalahnya, bukankah kesalahan yang sama sangat mungkin terjadi pada para penyalin lain di masa silam, dan tidak ada yang menyadarinya sampai kini? Sudah pasti, tidak ada seorang pun pakar Alkitab yang sanggup menunjukkan matarantai otoritas dari bacaan yang dibacanya itu sampai kepada penyusun asli sebuah kitab tertentu. Seluruhnya terputus dan tidak jelas, bahkan banyak diantara kitab-kitab tersebut yang tidak diketahui secara pasti identitas penulisnya maupun tarikh penyusunannya.
Kondisi ini jelas sangat berlainan dengan proses penyebaran dan penyalinan Al-Qur’an, dimana setiap Mushhaf resmi yang dikirim oleh khalifah ‘Utsman, atau Mushhaf ‘Utsmani, selalu disertai dengan seorang Qari’ (ahli bacaan Al-Qur’an) yang akan membacakan dan mengajarkan cara membacanya, dimana ia sendiri telah membaca naskah tersebut di hadapan beberapa orang ahli dari generasi di atasnya. Demikianlah mata rantai yang disebut sanad ini sambung-menyambung hingga kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu malaikat Jibril ‘alaihis salam, dan akhirnya Allah ta’ala.
Mendapati fakta-fakta ini, saya pribadi bertanya-tanya perihal catatan yang disertakan pada sebagian besar naskah Alkitab edisi Indonesia kontemporer. Catatan yang saya maksud adalah pernyataan bahwa edisi-edisi itu diterjemahkan berdasarkan pada naskah Yunani atau Inggris. Jika benar demikian, bagaimana kesalahan itu bermula? Dapatkan kita memaklumi para pendeta dan sarjana terpelajar yang terlibat dalam tim penerjemahan itu kemudian salah melafalkan Obadiah (dalam naskah Inggris) menjadi Obaja? Sebab, saya tidak mendapati naskah yang dialihbahasakan dari edisi Belanda yang bisa membuat saya paham bagaimana “Obadja” bisa keliru terbaca “Obaja”, dan bukannya “Obadya”. @pakah kesalahan penulisan pada nama Kitab/Nabi ‘Ubadya ini adalah kesengajaan? Saya cenderung percaya bahwa ia disengaja. Minimal, sudah lama diketahui bahwa ia tidak tepat tetapi dibiarkan salah. Sebab, seluruh naskah Inggris, Belanda, Yunani, Latin, Ibrani, Arab, Farsi, Spanyol sepakat menyebut Obadiah atau pelafalan lain dengan menyertakan huruf “d” di dalamnya. Anehnya, seluruh edisi Indonesia – dengan perkecualian sebagian diantaranya – justru sepakat membuang huruf “d” itu dan membiarkannya berevolusi menjadi “j”. Entah atas alasan apa sehingga kesalahan itu terpatri dalam masa lebih dari 50 tahun tanpa seorang pun yang menyadari atau mengoreksinnya. Apakah karena malu dan takut jika kesalahan itu dibenahi sekarang akan menimbulkan krisis kepercayaan umat Kristiani terhadap validitas terjemahan Alkitab yang mereka miliki saat ini? Sebab, siapa bisa yakin benar bahwa kesalahan-kesalahan semacam ini tidak terjadi pada bagian lain, yang bahkan lebih gawat sifatnya? Jika melihat bagaimana permulaan kitab ‘Ubadya dalam 31 versi Alkitab itu bisa berbeda satu sama lain, apa yang kemudian terbetik di pikiran kita? Ini bukan karena perberbedaan bahasanya, tetapi bahkan pada materi dan isinya. Bagaimana menurut Anda?
Wallahu a’lam.
[*] Alimin Mukhtar. Sabtu, 01 Shafar
1434 H.
Catatan:
(*) Artikel ini dilengkapi gambar-gambar halaman pertama dari kitab Ubadya dalam berbagai bahasa. Karena keterbatasan tempat, gambar-gambar tsb tidak kami sertakan disini. Bagi yang berminat, silakan mengunduh versi PDF dari SINI(*) Atau, silakan cek di halaman DOWNLOAD dalam blog ini.
(*) Sumber gambar: http://nl.wikipedia.org/wiki/Obadja_(profeet)