Orang beruntung vs orang celaka



Bismillahirrahmanirrahim

Dalam kitab al-Fawa’id, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Diantara ciri-ciri kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba adalah: setiap kali ilmunya bertambah, maka semakin bertambah pula ketawadhu’an dan sifat penyayangnya; setiap kali amalnya bertambah, maka semakin bertambah pula rasa takutnya (kepada Allah) dan kehati-hatiannya; setiap kali usianya bertambah, maka semakin berkuranglah kerakusannya; setiap kali bertambah hartanya, maka semakin bertambah pula kedermawanan dan pemberiannya; dan setiap kali bertambah kedudukan dan status sosialnya, maka semakin ia dekat kepada semua orang, berusaha membantu memenuhi kebutuhan mereka, dan bersikap rendah hati kepada mereka.”

Kemudian, beliau melanjutkan kebalikannya:

“Tanda-tanda kecelakaan (seseorang) adalah: setiap kali ilmunya bertambah, maka semakin bertambah pula keangkuhan dan kesintingannya; setiap kali bertambah amalnya, maka semakin bertambah pula kebanggaannya pada diri sendiri, suka meremehkan orang lain, dan berprasangka baik pada dirinya sendiri (yakni, ghurur); setiap kali usianya bertambah, maka semakin bertambah pula kerakusannya; setiap kali hartanya bertambah, maka semakin bertambah pula kepelitan dan keengganannya untuk memberi; dan setiap kali bertambah kedudukan dan status sosialnya, maka ia semakin sombong dan sinting.”

Lalu, beliau mengakhirinya dengan berkata:

“Semua ini adalah ujian dan cobaan dari Allah. Dia menguji hamba-hamba-Nya dengan semua itu. Maka, ada sebagian dari mereka yang berbahagia, dan ada pula yang menjadi sengsara.”

(*) Dikutip dari: Mulakhkhas Kitab al-Fawa’id, hal. 41.