Bismillahirrahmanirrahim
Syarafuddin Al-Hajjawi berkata:
“Ada dikatakan:
bahwa perumpamaan iman adalah bagaikan sebuah negeri yang memiliki lima (lapis)
benteng. Lapisan pertama dari emas, kedua dari perak, ketiga dari besi, keempat
dari ubin, dan kelima dari batu bata. Selama penghuni benteng itu senantiasa
memperhatikan (lapisan) benteng batu bata, maka musuh tidak akan berharap (bisa
menguasai lapisan) yang kedua. Jika mereka menelantarkannya, musuh pun berharap
kepada benteng yang kedua, kemudian yang ketiga, sampai akhirnya seluruh
benteng itu roboh. Demikian pula iman itu berada dalam lima (lapis) benteng,
yaitu keyakinan, kemudian keikhlasan, kemudian melaksanakan yang fardhu-fardhu,
kemudian (melaksanakan) yang sunnah-sunnah, kemudian memelihara
adab-adab. Maka, selama adab-adab masih dipelihara dan diperhatikan baik-baik,
syetan tidak akan berharap (untuk bisa menguasainya). Namun, bila adab-adab
telah ditinggalkan, syetan pun berharap terhadap yang sunnah-sunnah,
kemudian yang fardhu-fardhu, kemudian keikhlasan, kemudian keyakinan.”
(*) Dikutip oleh as-Safariniy dalam Ghidza’ul
Albab, I/36-37; Ibnu Muflih dalam al-Adab asy-Syar’iyah IV/264; dan
pengantar Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim hal. 6. Nama lengkap al-Hajjawi adalah Syarafuddin Abu an-Naja Musa bin Ahmad bin Musa al-Hajjawi
al-Maqdisi, seorang faqih bermadzhab Hanbali, dari Damaskus. Beliau
wafat tahun 968 H. Wallahu a’lam.