Bismillahirrahmanirrahim
إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ
اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (36)
Ayat 36,“Hanya mereka yang
mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya),
akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan.”
Maksudnya, wahai Muhammad,
orang yang mau mengikuti seruanmu hanyalah mereka yang mendengarkan dakwah ini
dengan kesengajaan untuk menerima, yakni orang-orang yang hatinya hidup, yang
menyadari apa yang baik bagi dirinya dan yang membawa keselamatan baginya. Mendengarkan
artinya bersedi` untuk menerima, merenungkan, memperbaiki diri, dan mengikuti
petunjuknya; bukan sekedar mendengarkan dengan telinga. Adaptn orang-orang kafir
itu, mereka tidak ada bedanya dengan orang mati. Tidak merasa, tidak sadar,
tidak bisa diajak kepada apa yang bermanfaat bagi dirinya. Kehidupan hakiki
adalah kehidupan yang dijalani dengan Islam. Kelak, orang-orang yang telah mati
akan dikeluarkan dari kuburnya dan dihidupkan kembali, lalu mereka semua
kembali kepada-Nya pada hari kiamat nanti untuk dilakukan hisab (perhitungan
amal) dan pembalasan.
وَقَالُوا لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّ اللَّهَ
قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَزِّلَ آيَةً وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ (37)
Ayat 37, “Dan mereka (orang-orang musyrik Mekah) berkata:
"Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari
Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah Kuasa menurunkan suatu
mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."
Maksudnya, orang-orang
musyrik berkata, dengan penuh permusuhan dan kesombongan, “Mengapa Allah tidak
menurunkan pertanda yang membuktikan kebenaran Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, berupa hal-hal yang ajaib dan luar biasa?” Allah menyuruh beliau
menjawab tantangan mereka, “Sesungguhnya Allah Kuasa untuk menurunkan pertanda
yang mereka minta, namun mayoritas mereka tidak tahu bahwa setiap pertanda
diturunkan selaras dengan hikmah yang dikehendaki-Nya.” Sungguh, jika saja
pertanda besar itu datang dan mereka tetap tidak percaya, maka adzab Allah akan
turun seketika itu juga tanpa ditunda, seperti yang terjadi terhadap kaum kafir
di zaman Nabi-nabi terdahulu.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ
إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى
رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ (38)
Ayat 38, “Dan tiadalah binatang-binatang
yang ada di bumi dan yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga)
seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.”
Maksudnya, tidak ada seekor
pun hewan yang merayap di permukaan bumi maupun terbang di udara (burung,
serangga) melainkan mereka adalah kelompok-kelompok yang semisal dengan
manusia. Tidak ada sesuatupun di Lauhul Mahfuzh yang tidak Kami catat ketentuannya. Tidak ada sesuatu pun yang Kami lalaikan dalam Al-Quran itu, karena disana telah ada
pokok-pokok agama, norma, hukum, hikmah dan bimbingan untuk kebahagiaan manusia
di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya. Kelak, seluruh
makhluk akan dikumpulkan untuk mempertanggungjawabkan dan menerima balasan atas
amalnya masing-masing. Sungguh keberadaan makhluk-makhluk yang beraneka ragam
ini adalah bukti dan ayat-ayat Allah, namun memang kebanyakan manusia
melupakannya. Banyak keindahan di jagad raya dinikmati, dicari, dan dikoleksi, entah
dari hewan, tumbuhan, panorama alam, dan lain-lain, tetapi semua demi memuaskan
hawa nafsunya, bukan untuk menambah iman dan mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta.
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ مَنْ
يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
(39)
Ayat 39, “Dan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap
gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya
disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya
petunjuk), niscaya dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus.”
Maksudnya, orang-orang yang
tidak mau mendengarkan ayat-ayat dan bukti-bukti yang Allah paparkan pada
dasarnya adalah tuli dalam arti tidak bisa mendengarkan apa yang bermanfaat
bagi mereka; bisu dalam arti tidak bisa mengucapkan kata-kata yang mengandung kebenaran;
mereka sesungguhnya kebingungan dan berada dalam kegelapan yang amat sangat,
tidak dapat memilih satu jalan yang lurus menuju kebaikan. Kegelapan htu adalah
gelapnya kebodohan, kekufuran, kezhaliman, permusuhan, dan kemaksiatan. Demikianlah,
siapa saja yang dikehendaki Allah untuk sesat maka akan sesat, dan siapa saja
yang dikehendaki untuk mendapat petunjuk akan berada di jalan yang lurus. Wallahu a’lam.
(*) Kamis, 03 Dzulqa’dah 1430 H. Paparan
ringkas ini didasarkan pada Tafsir Zadul Masir, karya al-Hafizh Ibnul Jauzi,
dan dilengkapi dengan sumber-sumber lain.