Bismillahirrahmanirrahim
Dalam kitab Ta'limu al-Muta'allim, Syekh az-Zarnuji menulis:
“Ketahuilah, bahwa tidak
diwajibkan atas setiap muslim laki-laki dan perempuan untuk mencari semua ilmu,
akan tetapi diwajibkan atasnya untuk mencari ilmu yang dibutuhkan sesuai
keadaan dirinya pada suatu saat tertentu (‘ilmu al-haal), sebagaimana
dikatakan bahwa ilmu yang paling utama adalah ‘ilmu al-haal dan amal
yang paling utama adalah menjaga keadaan (yang baik) pada suatu saat tertentu
(agar tidak rusak dan terlantar). Diwajibkan atas seorang muslim untuk mencari
ilmu atas sesuatu perkara yang terjadi padanya di saat itu, dalam kondisi apa
saja. Sesungguhnya dia diwajibkan untuk mengerjakan shalat maka wajib pula
atasnya untuk mengetahui apa-apa yang dia perlukan dalam shalatnya, dalam kadar
yang membuatnya mampu menunaikan kewajiban shalatnya itu (dengan tepat). Wajib
pula atasnya untuk mengetahui hal-hal yang menjadi kewajibannya dalam kadar
yang membuatnya mampu menyelesaikan kewajibannya itu. Sebab, sesuatu yang
menjadi perantara untuk ditegakkannya perkara fardhu maka (statusnya)
menjadi fardhu pula; dan sesuatu yang menjadi perantara untuk
ditegakkannya sesuatu yang wajib maka (statusnya) menjadi wajib pula. Demikian
pula halnya dalam masalah puasa, zakat jika dia memiliki harta, haji jika sudah
wajib atasnya, demikian pula dalam masalah jual beli jika dia berniaga. Pernah
ditanyakan kepada Muhammad bin al-Hasan rahimahullah, “Mengapa Anda
tidak menyusun sebuah karya dalam tema zuhud?” Beliau menjawab, “Saya
sudah menyusun karya dalam masalah jual beli.” Maksud beliau, zahid
adalah seseorang yang berhati-hati dan menjaga dirinya dari hal-hal yang makruh
dan syubhat dalam perniagaan. Demikian pula hal ini diwajibkan dalam
keseluruhan bidang mu’amalah dan profesi. Setiap orang yang bergelut di
dalamnya wajib untuk mengetahui (bagaim`na) menjaga diri dari yang haram dalam mu’amalah
dan profesinya itu. Demikian pula wajib atasnya mengerti tentang
keadaaan-keadaan hati, seperti tawakkal (bersandar kepada Allah), inabah
(kembali kepada Allah), takut, dan ridha, sebab masalah ini selalu terjadi
dalam seluruh kondisi.”
(*) dikutip dari Ta'limu al-Muta'allim Thariqa at-Ta'allum (mengajari pelajar bagaimana caranya belajar), hal. 4-5