Bismillahirrahmanirrahim
Dimanakah tempat
kembali kita di akhirat nanti? Apakah kita akan dimasukkan Allah ke dalam
surga-Nya, atau justru dijebloskan ke dalam neraka? Pertanyaan semacam ini
telah menjadi sumber kerisauan orang-orang shalih sepanjang zaman. Dan,
karenanya, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mendekatkan diri kepada
keridhaan Allah, sehingga Dia berkenan memasukkan mereka ke surga. Sebab,
sungguh siksa neraka bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng (lihat: Qs. al-Isra’:
57).
Akan tetapi, Nabi pernah
bersabda, “Tidak seorang pun dari kalian kecuali pasti memiliki satu tempat
tinggal di surga dan satunya lagi di neraka. Jika dia mati lalu masuk neraka,
maka penghuni surga akan mewarisi tempat tinggalnya (yang di surga). Inilah
yang dimaksud firman Allah: ‘Mereka itulah para pewaris.’” (Qs.
al-Mu’minun: 10). (Riwayat Ibnu Majah, dari Abu Hurairah. Hadits shahih).
Sepertinya, ini pulalah yang dimaksudkan
oleh Allah dalam firman-Nya, “Dan bagi orang yang takut terhadap saat menghadap Tuhannya, ada dua surga.” (Qs. ar-Rahman: 46). Surga yang satu adalah hak miliknya sendiri, sedang lainnya
adalah hak milik orang lain yang masuk neraka, sehingga diwariskan untuknya
oleh Allah.
Jadi, sesungguhnya
Allah telah mempersiapkan tempat kembali yang sangat menawan bagi setiap orang
diantara kita, di dalam surga-Nya yang abadi. Hadiah itu telah disediakan-Nya setiap kali satu jiwa terlahir ke dunia,
dan menunggu untuk diserahkan. Akan tetapi, pada saat bersamaan, Allah pun
telah menentukan satu tempat bagi kita di neraka yang menyala-nyala, menunggu
bagaimana kita beramal. Maka, ada diantara kita yang menempuh jalan lurus dan
berakhir dalam kebahagiaan abadi, sementara ada kalangan lain yang tersesat dan
akhirnya terjerembab dalam kehinaan tanpa akhir.
Allah pun telah menanamkan benih ketaqwaan
maupun kedurjanaan dalam diri kita masing-masing, yang memungkinkan kita
berjalan ke arah mana pun yang kita sukai. Tentu saja, dengan konsekuensi yang
harus kita tanggung di akhirat kelak. Allah berfirman, “Demi jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya). Maka, Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kedurhakaan dan ketakwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu. Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (Qs. asy-Syams: 7-10).
Maka, pada kenyataannya Allah tidak pernah
berbuat zhalim bila menyiksa atau memberi anugerah kepada hamba-Nya di akhirat.
Sebab, banyak hal telah dipersiapkan-Nya bagi mereka. Sebelum mereka beramal,
Allah telah menanamkan benih-benih dalam jiwanya, entah yang jahat atau baik.
Ketika telah beramal, Allah pun mengirim para Rasul dan menurunkan wahyu, untuk
membimbing mereka menempuh jalan yang lurus. Dan, di akhirat pun telah
disediakan-Nya dua “alamat” tujuan yang jelas: surga atau neraka, untuk setiap
individu. Kurang apa lagi? Mana yang kita pilih?
Maka dari itu, Allah seringkali menyitir
suasana hati kaum kafir di Hari Kiamat. Mereka diliputi ketakutan dan teror
dahsyat, sebab sungguh mereka tahu persis akan kemana tempat kembalinya. Mereka
menyadari amal-amal perbuatannya, dan tahu pula apa konsekuensinya. Sedemikian
hebatnya ketakutan itu, mereka bahkan bersedia mengorbankan apa saja yang
sangat dicintainya di dunia ini, demi menebus serta membebaskan diri mereka
dari adzab.
Allah berfirman, “Dan tidak ada seorang teman akrab pun yang
menanyakan temannya. Sedang mereka saling memandang. Orang kafir sangat ingin
kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari adzab di hari itu dengan
anak-anaknya. Juga dengan isteri dan saudaranya. Dan dengan kaum familinya yang
melindunginya (di dunia). Dan dengan orang-orang di muka bumi seluruhnya,
kemudian (ia berharap agar) tebusan itu dapat menyelamatkannya.” (Qs. al-Ma’arij: 10-14).
Sebaliknya, orang-orang beriman pun sudah
sangat tahu mana tempat tinggal mereka masing-masing di akhirat kelak,
sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Rasulullah, “Bila orang-orang
beriman telah terbebas dari (ancaman) neraka, maka mereka akan ditahan pada
sebuah jembatan (yang membentang) diantara surga dan neraka. Lalu, mereka akan
saling memaafkan dan membebaskan kezhaliman-kezhaliman yang pernah terjadi
diantara mereka semasa di dunia. Maka, apabila mereka telah dibersihkan dan
disucikan, mereka pun diizinkan memasuki surga. Demi Dzat yang jiwa Muhammad
ada di tangan-Nya, sungguh salah seorang diantara kalian lebih tahu mana tempat
tinggalnya di surga dibanding mana tempat tinggalnya di dunia.” (Riwayat
Bukhari, dari Abu Sa’id al-Khudry).
Walhasil, pada dasarnya setiap individu
adalah pewaris. Entah ia mewarisi surga, atau justru mewarisi neraka. Masing-masing
telah ditetapkan baginya dua tempat di akhirat; satu penuh kenikmatan, lainnya
dijejali dengan siksaan. Bila kita masuk surga, maka dua tempat telah menunggu kita.
Sama halnya, bila seseorang masuk neraka, ia pun mendapatkan dua neraka. Surga
warisan, neraka warisan. Tentu saja, kita tidak akan mau diwarisi hal-hal tidak
menyenangkan, apalagi neraka yang menyala-nyala. Maka, beriman dan beramallah,
agar keridhaan Allah terlimpah kepada kita, sehingga Dia mewariskan surga
kepada kita. Oleh karenanya, di dalam Al-Qur’an Allah mengajarkan kita untuk
berdoa, “Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, juga
kebaikan di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (Qs.
al-Baqarah: 201). Amin. Wallahu a’lam.
(*) 23 Shafar 1432 H. Pernah dipublikasikan melalui Lembar Tausiyah, BMH Malang.