Bismillahirrahmanirrahim
[ 1 ]
RIWAYAT SEPUTAR ORANG-ORANG YANG SALING MENCINTAI KARENA ALLAH DAN
KEDUDUKAN MEREKA YANG MULIA DI SISI-NYA
1 ― Al-Bara' bin 'Azib radhiyallahu 'anhu berkata,
"Saya duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
kemudian bersabda, 'Tahukah kalian apakah ikatan iman yang paling kuat?' Kami
menjawab, 'Shalat.' Beliau menanggapi, 'Shalat itu bagus, tetapi bukan itu
jawabannya.' Maka para sahabat kemudian menyebutkan syari'at-syari'at Islam
yang lain. Tatkala beliau melihat bahwa mereka tidak ada yang menjawab dengan
tepat, beliau kemudian bersabda, 'Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai
karena Allah dan membenci karena Allah 'azza wa jalla.'
2 ― Dari al-'Irbadh bin Sariyah radhiyallahu 'anhu:
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, "Allah ta'ala
berfirman, 'Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku akan berada
di bawah naungan 'Arsy-Ku pada hari dimana tiada naungan selain
naungan-Ku.'"
3 ― Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata,
"Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
'Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan Allah 'azza wa jalla
akan berada di bawah naungan 'Arsy-Nya pada hari dimana tiada naungan selain
naungan-Nya.'"
4 ― Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Allah ta'ala
berfirman, 'Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku?
Pada hari ini aku naungi mereka dengan naungan-Ku pada hari dimana tiada
naungan selain naungan-Ku.'"
5 ― Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata,
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Sesungguhnya
diantara hamba Allah ada orang-orang yang mana para Nabi dan syuhada' pun iri
kepada mereka.' Ada yang menanyakan, 'Siapakah mereka, semoga saja kami bisa
mencintai mereka?' Beliau kemudian menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang
saling mencintai dengan ruh Allah, bukan didasarkan harta atau nasab.
Wajah-wajah mereka bagaikan cahaya. Mereka (ditempatkan) diatas mimbar-mimbar
dari cahaya. Mereka tidak merasa takut ketika semua orang ketakutan, dan mereka
tidak merasa sedih ketika semua orang bersedih.' Beliau kemudian membaca ayat, "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS Yunus: 62)."
6 ― Dari Abu Malik al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu:
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadapkan wajahnya
kepada semua orang kemudian bersabda, "Wahai manusia, dengarkan, pahami
dan ketahuilah! Sesungguhnya Allah 'azza wa jalla mempunyai hamba-hamba
yang bukan dari golongan para Nabi maupun syuhada', namun majelis dan
kedekatan mereka kepada Allah membuat para Nabi dan syuhada' merasa iri."
Ada seorang Arab dusun yang berkata, "Wahai Rasulullah, sifati mereka itu
untuk kami! Jelaskan siapa mereka kepada kami!" Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pun tersenyum mendengar kata-kata orang Arab dusun itu. Beliau
kemudian melanjutkan sabdanya, "Mereka adalah orang-orang yang berasal
dari kalangan berlainan dan suku yang saling berjauhan, tidak ada pertalian
darah yang berdekatan diantara mereka, tetapi mereka saling mencintai karena
Allah 'azza wa jalla dan berada dalam satu barisan yang rapat. Allah membuatkan
mimbar-mimbar dari cahaya untuk tempat duduk mereka, lalu menjadikan wajah
mereka bagaikan cahaya, dan pakaian mereka pun bagaikan cahaya. Semua orang
ketakutan di hari kiamat, tetapi mereka tidak. Mereka adalah para wali Allah, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati."
7 ― Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu
berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, 'Pada hari kiamat kelak, orang-orang yang saling mencintai karena
Allah 'azza wa jalla (akan didudukkan) diatas mimbar-mimbar di bawah
naungan 'Arsy, pada hari dimana tiada naungan selain naungan-Nya, diatas
mimbar-mimbar dari cahaya, para Nabi dan syuhada' pun merasa iri kepada
mereka.'"
8 ― 'Amr bin 'Abasah radhiyallahu 'anhu berkata,
"Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
'Kecintaanku adalah wajib bagi orang-orang yang saling mencintai karena aku,
dan kecintaanku adalah hak bagi orang-orang yang saling berteman karena aku.'"
9 ― Dari 'Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu 'anhu
berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
meriwayatkan firman Allah ta'ala (yakni: hadits qudsi), bahwa Dia
berfirman, 'Kecintaan-Ku adalah hak bagi orang-orang yang saling mencintai.
Mereka berada di bawah naungan 'Arsy pada hari kiamat, dimana tiada naungan
selain naungan-Ku.'"
10 ― Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Orang-orang yang
saling mencintai karena Allah 'azza wa jalla (berada) diatas pilar-pilar
dari yaqut merah. Diatas setiap pilar terdapat seratus ribu kamar.
Kamar-kamar itu menyinari para penghuni surga sebagaimana matahari menyinari
penghuni bumi. Pada jidat-jidat mereka tertulis: 'Itulah orang-orang yang saling
mencintai karena Allah'."
***Yaqut merupakan salah satu jenis batu
permata. [pen]
11 ― Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya di
surga terdapat pilar-pilar dari emas, yang diatasnya ada kota-kota dari zabarjad
yang menyinari para penghuni surga sebagaimana bintang yang sangat terang
cahayanya di angkasa raya." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, milik
siapakah kota-kota itu?" Beliau menjawab, "Milik orang-orang yang
saling mencintai karena Allah."
***Zabarjad adalah sejenis batu permata,
seperti zamrud. [pen]
12 ― Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu: dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, "Sesungguhnya Allah memiliki
hamba-hamba yang (ditempatkan) diatas mimbar-mimbar dari cahaya di bawah
naungan 'Arsy pada Hari Kiamat kelak, dimana para nabi dan syuhada' pun
merasa cemburu dan iri kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang saling
mencintai karena Allah ta'ala."
13 ― 'Abdurrahman bin Sabith berkata, "Aku
diberitahu bahwa di sebelah kanan Dzat yang Maha Pengasih ― dan kedua
tangan-Nya adalah kanan ― terdapat suatu kaum yang (ditempatkan) diatas
mimbar-mimbar dari cahaya, mereka mengenakan pakaian-pakaian berwarna hijau, yang
menyilaukan pandangan orang-orang yang melihat ke arah mereka. Mereka bukan
para nabi dan bukan pula para syuhada'." Ada yang bertanya,
"Siapa mereka itu?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang saling
mencintai karena keagungan Allah, pada saat Allah didurhakai (oleh orang-orang
lainnya)."
14 ― Ibnu Fudhail menceritakan: ayahnya (al-Fudhail
bin 'Iyadh) berkata: aku berjumpa dengan Abu Ishaq setelah mata beliau menjadi
buta, maka beliau pun memelukku. Aku bertanya, "Apakah Anda mengenali
saya?" Beliau menjawab, "Ya, demi Allah, sungguh aku dapat
mengenalimu, dan sungguh aku mencintaimu. Andai bukan karena malu, sungguh aku
akan menciummu. Engkau tahu, tentang siapakah ayat ini diturunkan? Abu
al-Ahwash menceritakan kepadaku: 'Abdullah (bin Mas'ud) radhiyallahu 'anhu
berkata, "Tentang orang-orang yang saling mencintai karena Allah ta'ala."
Yakni, QS al-Anfal:63, "...walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati
mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana."
15 ― 'Abdullah (bin Mas'ud) radhiyallahu 'anhu
berkata, "Sesungguhnya sebagian dari iman adalah bila seseorang mencintai
orang lain yang tidak ada ikatan nasab yang dekat diantara mereka, tidak ada
pula materi yang bisa dia berikan kepadanya, dan ia tidak mencintainya kecuali
karena Allah ta'ala semata."
16 ― Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,
dan beliau me-rafa'-kannya (kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam),
"Ada tiga perkara, barangsiapa yang dalam dirinya terdapat ketiganya maka
ia akan mendapati kemanisan dan citarasa iman. Ketiganya adalah: bila Allah dan
Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain kedua-Nya; bila ia mencintai karena
Allah dan membenci pun karena Allah juga; dan seumpama dinyalakan api yang sangat
besar, andaikata ia harus menceburkan diri ke dalamnya maka hal itu lebih ia
sukai dibanding menyekutukan Allah."
17 ― Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata,
"Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi
karena Allah, dan menahan (pemberiannya) karena Allah, maka dia telah
menyempurnakan imannya."
18 ― Zujlah berkata: kami pernah duduk bersama Umm
ad-Darda', maka Hisyam bin Isma'il berkata kepada beliau, "Wahai Umm
ad-Darda', amal apakah yang paling Anda andalkan?" Beliau menjawab,
"Mencintai karena Allah."
19 ― Tsabit al-Bunani berkata, "Kami sedang
berwukuf di Jabal 'Arafah, ketika ada dua orang pemuda ― mereka berdua mengenakan
mantel luar berbahan kapas (katun) ― yang
salah satunya memanggil saudaranya, "Hai, sayang." Satunya menjawab,
"Ya, sayangku." Yang satunya berkata lagi, "Menurutmu, apakah
Dia yang mana kita saling mencintai dan menyayangi satu sama lain semata-mata
karena Dia, akan menyiksa kita di Hari Kiamat nanti?" Tsabit melanjutkan
ceritanya, "Maka, kami mendengar suatu seruan; telinga dapat mendengar
(suaranya) namun mata tidak dapat melihat (orangnya); (suara itu berkata), 'Tidak!
Dia tidak akan melakukannya.'"
20 ― Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang
hamba mencintai hamba yang lain, kecuali Allah akan memuliakannya."
21 ― Al-'Awam bin Hausyab berkata, "Aku
berjumpa dengan Qatadah, lalu aku katakan kepada beliau, 'Apakah aku harus
mencintai karena Allah?' Beliau menjawab, "(Ya), sebab hanya (dengan itu) engkau
akan mencintai Rabb-mu."
22 ― Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma
berkata, "Cintailah karena Allah, bencilah karena Allah, setia dan
loyallah karena Allah, musuhilah karena Allah, sebab hanya dengan itulah kalian
akan memperoleh dukungan dari Allah. Seorang hamba tidak akan mendapati
citarasa iman sampai ia bisa melakukan yang seperti itu, walaupun ia banyak
mengerjakan shalat dan puasa."
23 ― Qatadah berkata, "Wajah-wajah orang
yang saling mencintai (adalah bagaikan) terbuat dari cahaya."
[*] Naskah ini merupakan kutipan bab pertama saja, dari kitab al-Ikhwan karya al-Hafizh Ibnu Abu Dunia. Kami baru sempat menerjemahkan beberapa bab awal. Semoga Allah mengaruniakan kesempatan untuk menyempurnakannya. Amin.