Bismillahirrahmanirrahim
Suatu kali, Rasulullah
pernah bersabda, “Neraka diperlihatkan kepada saya, dan ternyata mayoritas
penghuninya adalah kaum wanita yang melakukan kekufuran.” Ada yang bertanya,
“Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka mengkufuri
suaminya, dan mengkufuri kebaikan. Andaikan engkau berbuat baik kepada salah
seorang dari mereka sepanjang masa, kemudian ia melihat sesuatu (yang
buruk) padamu, ia akan berkata: ‘Aku samasekali tidak pernah melihat satu
kebaikan pun padamu!” (Riwayat Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas).
Hadits ini termasuk bab nasihat, atau targhib
wa tarhib (motivasi dan ancaman). Artinya, beliau tengah memperingatkan
kaum wanita agar berhati-hati, sebab mereka memiliki peluang besar untuk
terjerumus ke jurang neraka oleh penyebab yang terkesan sepele. Beliau tidak
menyatakan kebanyakan kaum wanita masuk neraka karena kekafiran kepada Allah,
namun karena mereka ingkar dan tidak mengakui kebaikan-kebaikan suaminya. Karena
emosi, sebagian wanita suka membesar-besarkan masalah, kemudian membuat
kesimpulan bombastis dan tidak benar.
Hadits ini bukan berarti tidak ada wanita
yang kafir kepada Allah, bukan berarti pula kekafiran kepada Allah tidak
membuat wanita masuk neraka. Masalahnya berbeda. Akan tetapi, hadits ini
mengesankan bahwa sebagian besar kemaksiatan kaum wanita bersumber dari dalam
rumah mereka sendiri. Tepatnya, dari baik atau buruknya pola hubungan mereka
dengan suaminya. Tatkala mereka cenderung tidak bersyukur dan berterima kasih
kepada kebaikan-kebaikan suaminya, biasanya akan segera timbul
kemaksiatan-kemaksiatan yang lain. Sebab, hati yang tidak bersyukur merupakan
pintu yang nyaman bagi masuknya godaan syetan.
Akan tetapi, sebagian kita mungkin juga
bertanya-tanya: jika kaum wanita merupakan mayoritas penghuni neraka, apakah
itu berarti mayoritas penghuni surga terdiri dari kaum pria? Jika benar begitu,
mengapa jamaah-jamaah pengajian justru dipadati kaum wanita, sebaliknya orang-orang
yang terlibat perang, mafia, tawuran dan kejahatan pada umumnya adalah pria?
Apakah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu keliru?
Tentu saja tidak. Hadits itu shahih,
dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya yang merupakan kitab paling shahih.
Adalah kewajiban kita sebagai muslim untuk mempercayai setiap hadits yang
terbukti shahih dari Rasulullah. Lalu, bagaimana kita memahami kenyataan
diatas? Apakah sebagian besar kaum wanita itu harus kita curigai ketulusan dan
imannya?
Dulu, di zaman para Tabi’in, pernah muncul
tanda tanya serupa. Kaum pria dan wanita pun saling berbangga-banggaan, atau
saling berdebat tentang siapa yang paling banyak menjadi penghuni surga. Namun,
ketika mendengar perdebatan ini, Abu Hurairah kemudian berkomentar, “Bukankah
Abul Qasim – yakni, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam – telah
bersabda: ‘Sesungguhnya golongan pertama yang masuk surga itu bagaikan
rembulan di malam purnama. Lalu, golongan berikutnya bagaikan bintang yang
paling terang cahayanya di langit. Setiap orang diantara mereka disertai dua
(wanita yang menjadi) istrinya, dimana inti betis mereka terlihat dari balik
dagingnya. Di surga kelak tidak ada seorang pun yang bujangan.” (Riwayat
Muslim).
Jadi, siapakah mayoritas penghuni surga? Tentu
saja kaum wanita. Sebab, setiap kali satu orang pria masuk surga, maka akan ada
dua wanita yang disertakan bersamanya, yang dipilihkan dari wanita-wanita yang
berhak masuk surga. Dengan demikian, jelas jumlah kaum wanita akan menjadi dua
kali lipat kaum pria di surga nanti.
Hadits diatas juga menjadi peringatan bagi
kaum pria, betapa mereka tidak bisa berbangga, santai dan merasa aman,
semata-mata bersandar pada hadits yang menyatakan bahwa mayoritas penghuni
neraka adalah wanita. Allah Maha Adil, dan tidak akan menetapkan surga atau
neraka hanya berdasarkan jenis kelamin. Iman, amal shalih dan ketulusan hati sajalah
yang menjadi penentu, tidak pandang apa jenis kelamin manusia. Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan tubuh dan bentuk rupa
kalian – dalam riwayat lain: harta kalian – akan tetapi Dia memperhatikan
hati dan amal perbuatan kalian.” (Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah).
Di sisi lain, sepertinya kedua sabda
Rasulullah dimuka juga dapat disimpulkan bahwa kaum wanita merupakan anak
keturunan Nabi Adam yang terbanyak. Ini adalah kenyataan yang tak terpungkiri
di sepanjang sejarah kita. Bahkan, beliau pernah menyatakan bahwa ketika Hari
Kiamat benar-benar telah dekat, rasio jenis kelamin akan menjadi satu pria
dibanding limapuluh wanita!! (Riwayat Bukhari, dari Anas).
Maka, sesungguhnya Allah membuka pintu
surga bagi kedua jenis kelamin manusia secara sewajarnya. Ketika kaum wanita
merupakan bagian terbesar dari umat manusia, maka mayoritas penghuni neraka
maupun surga pun akan terdiri dari mereka. Samasekali tidak ada yang aneh atau
bersifat diskriminatif disini, apalagi misoginis (mengandung kebencian terhadap
wanita). Dalam Al-Qur’an, Allah sering menegaskan bahwa manusia diberi
kesempatan yang sama untuk meraih rahmat dan surga-Nya. Firman Allah berikut
ini adalah salah satu contoh: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(Qs. al-Ahzab: 35). Wallahu a’lam.
[*] 22 Shafar 1432 H. Pernah dimuat oleh Lembar Tausiyah BMH Malang.