Sedangkan kedurjanaan tampak nyata dalam amal perbuatannya


Ibnu Mas’ud berkata:

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, dimana tawarnya hati berubah menjadi asin, sehingga pada hari itu para guru (ulama’) maupun pelajar (muta’allim) tidak bisa mengambil manfaat ilmu. Maka, hati para guru mereka menjadi seperti rawa-rawa bergaram yang disiram oleh air hujan, namun tetap tidak bisa menjadi tawar. Hal itu terjadi ketika hati para guru telah condong kepada cinta dunia dan lebih mengutamakannya dibanding akhirat. Pada saat itulah Allah merampas sumber-sumber hikmah dan memadamkan pelita-pelita hidayah dari hati mereka. Lalu, (salah seorang dari) guru mereka memberitahumu dengan lisannya – pada saat engkau berjumpa dengannya – bahwa ia merasa takut kepada Allah, sedangkan kedurjanaan tampak nyata dalam amal perbuatannya. Betapa suburnya lidah dan betapa gersangnya hati pada masa itu! Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah selain-Nya, hal itu tidak lain dikarenakan para guru mengajar (niatnya) untuk selain Allah dan para pelajar pun belajar (niatnya) untuk selain Allah.”

(*) Diriwayatkan oleh al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumiddin, I/68. Dalam Faidhul Qadir II/432 no. 2225 karya al-Munawi, disinyalir bahwa hanya bagian pertamanya yang berasal dari Ibnu Mas’ud, dan selebihnya merupakan komentar dari al-Ghazali sendiri.