Engkau belum bisa merasakan citarasa iman sampai engkau bisa mengimani takdir


Bismillahirrahmanirrahim

Al-Walid bin ‘Ubadah bin Shamit berkisah:
Saya menemui ‘Ubadah bin Shamit, dan beliau sedang terbaring sakit yang saya khawatirkan beliau akan meninggal karenanya. Saya pun berkata, “Wahai ayah, beri aku nasihat, dan bersungguh-sungguhlah untuk menasihatiku.”
Beliau pun berkata, “Dudukkan aku!”
Setelah didudukkan, beliau berkata, “Wahai anakku, engkau belum bisa merasakan citarasa iman dan belum sampai kepada hakikat mengenal Allah yang sebenar-benarnya, sebelum engkau bisa mengimani takdir entah yang baik maupun yang buruk.”
Saya bertanya, “Wahai ayah, bagaimana aku bisa mengetahui apa takdir yang baik dan buruk itu?”
Beliau menjawab, “Dengan mengetahui bahwa apapun yang terluput darimu pasti takkan mengenaimu, dan apapun yang mengenaimu pasti takkan terluput darimu. Wahai anakku, sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya yang pertamakali diciptakan Allah adalah qalam (pena), kemudian Allah berfirman kepadanya. “Tulislah!” Maka, pada saat itu dia pun menuliskan semua yang akan terjadi hingga tibanya Hari Kiamat.” Jika engkau mati sementara engkau tidak mengimani yang demikian itu, pastilah engkau masuk neraka.”

(*) dari Alfu Qishshatin wa Qishsah, kata Hani al-Hajj, no. 4