Perkara yang lebih baik dari dunia dan seisinya




Bismillahirrahmanirrahim

Bila Anda dihadiahi sebidang tanah di lokasi sangat strategis, lengkap dengan bangunan dan perabotnya, tentu sangat mengejutkan. Lebih mengejutkan lagi kalau saja ada yang datang kepada Anda dan bisa memberi – benar-benar memberi, bukan tipuan – seluruh dunia dan seisinya. Tetapi, pasti akan jauh lebih mengejutkan jika Anda diberi beberapa hal yang lebih berharga dibanding dunia dan seisinya, dimana Anda pun bebas mengambilnya setiap saat!

Apakah kita sedang dipermainkan? Tidak. Ini kenyataan yang ditawarkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita, kaum muslimin. Demikianlah, karena Allah sangat Kaya dan Pemurah. Oleh karenanya, kita dianugerahi agama yang mencerminkan kekayaan dan kepemurahan-Nya pula, dimana karunia-karunia besar ditumpahkan dari langit tanpa khawatir menghabiskan khazanah-Nya. Bahkan, andai seluruh manusia dan jin, mulai dari generasi terawal sampai terakhir, semua berdoa bersamaan, lalu Allah kabulkan apapun permohonan mereka masing-masing, niscaya kekayaan-Nya takkan berkurang melainkan seperti sebatang jarum yang dicelupkan ke samudera. Hanya sejumlah air yang melekat di jarum itulah berkurangnya kekayaan Allah. (Riwayat Muslim).
Sesuatu yang lebih berharga dari dunia seisinya tentulah bukan dunia, bukan pula isinya. Ia adalah sesuatu yang lain dan berbeda. Apa sajakah itu?
Pertama, seharian bersiaga di medan jihad fi sabilillah.
Sahl bin Sa’ad as-Sa’idiy berkata: sesungguhnya Rasulullah bersabda, “Bersiaga seharian di (medan jihad) fi sabilillah itu lebih baik dibanding dunia dan semua yang ada diatasnya. Tempat kalian meletakkan cemeti di surga nanti adalah lebih baik dibanding dunia dan semua yang ada diatasnya. Waktu antara puncak siang hingga malam yang dilalui seseorang di jalan Allah, atau waktu antara terbitnya matahari hingga puncak siang yang ia lalui di jalan Allah, adalah lebih baik dibanding dunia dan semua yang ada diatasnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Kedua, mengerjakan dua rakaat shalat sunnah sebelum Shubuh.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah: Nabi bersabda, “Dua rakaat fajar itu lebih baik dibanding dunia dan semua yang ada di dalamnya.” (Riwayat Muslim).
Yang dimaksud “dua rakaat fajar” adalah shalat sunnah qabliyyah (sebelum) Subuh, dikerjakan dengan dua rakaat yang ringan.
Ketiga, membaca seribu ayat dalam satu malam.
Abu Umamah al-Bahily berkata: “Siapa saja yang membaca seribu ayat, maka dicatat untuknya pahala satu qinthar. Sedangkan satu qirath dari qinthar itu tidak akan bisa disaingi oleh dunia kalian ini.” Beliau menambahkan, “Tidak bisa disamai oleh dunia kalian ini.” (Riwayat ad-Darimi. Hadits shahih).
Diriwayatkan pula dari dua orang Sahabat, yaitu Tamim ad-Dary dan Fadhalah bin ‘Ubaid, mereka berkata, “Siapa saja yang membaca seribu ayat (Al-Qur’an) dalam satu malam, niscaya dicatat untuknya (pahala) satu qinthar. Satu qirath dari qinthar itu lebih baik dibanding dunia dan semua yang ada di dalamnya. Dan, Allah menyimpan pahala, terserah pada apa yang dikehendaki-Nya.” (Riwayat ad-Darimi).
Sanad hadits kedua ini sebetulnya dha’if (lemah), namun teks haditsnya hasan (baik) dan bisa dijadikan pegangan, karena isinya senada dengan riwayat Abu Umamah diatas. Sekilas terlihat pula bahwa hadits ini hanya pernyataan para Sahabat, namun apa yang berkenaan dengan pahala dan hal-hal ghaib seperti itu jelas tidak mungkin berasal dari ijtihad mereka sendiri. Ia pasti bersumber dari petunjuk Rasulullah.
Keempat, seluruh isi Al-Qur’an.
Suatu kali, Ibnu Mas’ud membacakan satu ayat Al-Qur’an kepada seseorang, kemudian beliau berkata, “Sungguh (ayat) ini lebih baik dibanding apa yang tertimpa cahaya matahari di saat terbitnya (yakni: bumi), atau dibanding sesuatu apapun yang ada di muka bumi.” Beliau mengucapkan pernyataan ini kepada seluruh ayat Al-Qur’an. (Riwayat Thabrani. Menurut al-Haitsami: semua perawinya terpercaya).
Kelima, membimbing satu orang menuju Islam.
Abu Rafi’ mengisahkan, bahwa suatu ketika Rasulullah bersabda kepada ‘Ali bin Abi Thalib, saat akan diutus memimpin sebuah pasukan, “Sungguh, bila Allah memberi hidayah seseorang melalui tanganmu, itu lebih baik bagimu dibanding apa yang tertimpa cahaya matahari di saat terbit dan terbenamnya (yaitu: seluruh bumi).” (Riwayat Thabrani. Menurut al-Haitsami: salah seorang perawinya hanya dinyatakan tsiqah (terpercaya) oleh Ibnu Hibban, sedangkan para perawi lainnya jelas terpercaya).
Dikisahkan oleh Al-Hafizh Abu Nu’aim al-Ashfahani dalam Hilyatu al-Auliya, bahwa ada seorang budak perempuan yang masuk Islam berkat ajakan majikannya. Maka, Imam asy-Sya’bi pun berkata kepada sang majikan tersebut, “Masuk Islamnya budak perempuan itu di tanganmu adalah lebih baik bagimu dibanding apa yang tertimpa cahaya matahari di saat terbitnya (yaitu: seluruh bumi).”
Keenam, membaca kalimah: “subhanallah wal hamdulillahi….”
Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda, “Sungguh, bila aku membaca kalimah: “subhanallah wal hamdulillahi wa la ilaha illallah wallahu akbar”, adalah lebih aku sukai dibanding apa yang tertimpa cahaya matahari di saat terbitnya (yaitu: seluruh bumi).” (Riwayat Muslim).
Kalimah itu disebut dengan al-baqiyat ash-shalihat, yakni “yang senantiasa abadi dan baik”. Nilainya begitu tinggi karena ia merangkum keagungan Allah dan keesaan-Nya.
Wallahu a’lam.

[*] M. Alimin Mukhtar, 25 Ramadhan 1431 H. Pernah dipublikasikan dalam Lembar Tausiyah BMH Malang.