Ilmu Tajwid - Al-Mabadi' Al-'Asyrah (2)


Bismillahirrahmanirrahim
ILMU TAJWID

Definisi. Ilmu yang membahas tentang bagaimana memperbagus cara membaca Al-Qur’an, yakni dalam aspek makharijul huruf, sifat-sifatnya, dan pengucapan kalimat secara teratur dan jelas dengan memberikan hak-haknya berupa washal, waqf, madd, qashr, rawm, idgham, izhhar, ikhfa’, imalah, tahqiq, tafkhim, tasydid, takhfif, qalb, tas-hil, dan lain sebagainya.
Ilmu ini adalah perluasan dari seni membaca. Ilmu Tajwid sendiri pada dasarnya mirip dengan Ilmu Musik, yakni ditinjau dari segi bahwa tidak cukup hanya dengan menguasai ilmunya, namun harus terbentuk menjadi suatu malakah (kecakapan) yang diperoleh melalui latihan dan pembiasaan untuk mengambil bacaan secara langsung dari seorang guru. Sudah dimaklumi bahwa pembacaan Al-Qur’an pada dasarnya disampaikan secara berantai dari generasi ke generasi, dengan pewarisan dan pertemuan langsung, tidak cukup melalui teori atau buku. Sebagai misal, hukum bacaan isymam atau makhraj-makhraj huruf sangat sukar untuk diuraikan secara tertulis, dan harus diterima secara langsung dari mulut guru yang ahli.
Sebagian ulama’ ada yang tidak mengkhususkan tajwid sebagai ilmu tersendiri, namun memasukkannya sebagai cabang dari qira’ah (seni baca). Tajwid sendiri sebenarnya lebih umum dibanding qira’ah.
Ruang lingkup. Ilmu ini mengkaji kalimat-kalimat dalam Al-Qur’an, yakni ditinjau dari sisi keharusan untuk memberikan kepada setiap huruf haknya masing-masing, dan agar tidak keluar dari hukum-hukum yang sudah disepakati.
Tujuan. Mempelajari dan menguasai ilmu ini bertujuan memastikan pembaca mempunyai bacaan yang bagus, cara membaca yang baik, dan menjaga lidahnya dari kekeliruan ketika membaca Al-Qur’an, sehingga memperoleh ridha Allah dan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Manfaat. Menurut Syekh Abu al-Khair al-Jazari dalam at-Tamhid fi ‘Ilm at-Tajwid, faidah yang dapat dipetik dari mempelajari, menguasai dan menerapkan ilmu ini adalah kemampuan untuk ber-tadabbur terhadap makna ayat-ayat Allah, ber-tafakkur terhadap hal-hal yang tersimpan di baliknya, menyelami kedalaman serta keluasan maksudnya, serta merealisasikan apa yang dikehendaki oleh Allah di dalamnya. Allah berfirman, “Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya (tadabbur) dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran bisa mendapat pelajaran (tadzakkur).” (QS Shaad: 29).
Rasulullah sendiri memerintahkan kita untuk memperindah bacaan Al-Qur’an, “Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian.” (Hadits riwayat: Abu Dawud, an-Nasa’i, Ahmad dan Ibnu Majah). Demikianlah, ketika kata-kata terucap jelas, suaranya enak didengar, iramanya sedap dinikmati, maka hati dan jiwa pun akan mudah terfokus kepada pesan-pesan yang dibawanya. Biasanya, semakin bagus bacaan dan suara, maka semakin menarik pula untuk didengar dan diperhatikan. Pada gilirannya, manusia akan tergerak untuk mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya, merindukan janjinya, merasa khawatir terhadap ancamannya, mempercayai beritanya, mau memahami batasan halal-haramnya, takut melalaikannya, dan seterusnya. Ini adalah manfaat yang sangat besar dan menjadi inti dari penurunan Al-Qur’an, yakni agar merasuk ke dalam hati dan menjadi pedoman dalam kehidupan.
Keutamaan. Ilmu ini terkait dengan Kitabullah, sehingga terbilang sebagai ilmu yang sangat mulia. Dengan ilmu ini maka seorang muslim akan sangat terbantu untuk membaca Al-Qur’an sebaik-baiknya.
Perintis. Orang pertama yang menyusun karya di bidang ini adalah Abu Muzahim Musa bin ‘Ubaidillah bin Yahya bin Khaqan al-Khaqani al-Baghdadi al-Muqri’ (w. 325 H). Karya ini ditulis dalam bentuk syair, terdiri dari 51 bait.
Sumber bahan kajian. Tatacara membaca Al-Qur’an disandarkan dan diambil sepenuhnya dari bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para Sahabat radhiya-llahu ‘anhum, dan para imam qira’ah dari generasi tabi’in serta tabi’ tabi’in, demikian seterusnya sambung-menyambung sampai kepada kita.
Literatur penting. Ibnu al-Jazari menyebutkan beberapa karya yang telah ditulis di bidang ini, antara lain: ad-Durr al-Yatim karya Maulana Muhammad Bir ‘Ali al-Barkali (w. 981 H) beserta syarah-nya yang ditulis Syekh Ahmad bin Muhammad al-Aqhishari ar-Rumi (w. 1043 H), ar-Ri’ayah li Tajwidi al-Qira’ah wa Tahqiqi Lafzhi at-Tilawah karya Abu Muhammad Makki bin Abu Thalib al-Hamawy al-Qaysi (w. 437 H), Ghayatu al-Murad karya Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad, al-Muqaddimah al-Jazariyah karya Abu al-Khair Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Yusuf al-Jazari ad-Dimasyqi (w. 833 H) beserta syarah-nya yang banyak sekali, dan al-Wadhihah fi Tajwidi al-Fatihah karya Syekh Abu Muhammad Burhanuddin Ibrahim bin ‘Umar bin Ibrahim al-Ja’bari al-Khalili (w. 722 H).
Saran bacaan. Sebagai bahan kajian, terutama untuk usia dini dan para pemula, silakan menelaah buku-buku yang kami akan sebutkan disini. Jika berupa serial, bisa ditelaah secara urut. Jika bukan, maka bisa dipilih salah satunya.
1.       Al-Muqaddimah fi Fann at-Tajwid, atau dikenal sebagai al-Muqaddimah al-Jazariyah, karya Syekh Abu al-Khair al-Jazari ad-Dimasyqi. Terdiri dari 107 bait. Karya ini banyak dipergunakan oleh berbagai lembaga pendidikan.
2.       Manzhumatu Tuhfat al-Athfal wal Ghilman fi Tajwidi al-Qur’an, karya Syekh Sulaiman bin Husain bin Muhammad al-Jamzuri asy-Syafi’i (w. 1198 H). Ditulis dalam bentuk qashidah, terdiri dari 61 bait. Buku ini sudah dicetak berkali-kali dan banyak dipakai di berbagai lembaga pendidikan. Syarah-nya juga banyak ditulis oleh para ulama’ yang berkompeten.
3.       At-Tajwid al-Muyassar, karya Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdul Fattah al-Qari’.
4.       Qawa’idu at-Tajwid ‘ala Riwayati Hafsh ‘an ‘Ashim bin Abi an-Najud, karya Syekh ‘Abdul ‘Aziz juga. Buku ini merupakan kelanjutan buku pertama diatas.
5.       Majmu’atu at-Tajwid, juga karya Syekh ‘Abdul ‘Aziz. Ini seri ketiga yang menggenapi dua buku sebelumnya. Disini beliau merangkai dengan baik sekali berbagai nazham (semacam bait syair) terbaik tentang qira’at Hafsh disertai penjelasan dan tahqiq-nya. Buku ini cocok bagi mereka yang ingin menjadi spesialis di bidangnya. Pada bagian pertama, dimuat dua qashidah klasik dalam ilmu ini, satu karya Abu Muzahim al-Khaqani yang terdiri dari 51 bait, sementara lainnya adalah karya Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Abdush-shamad al-Hamdani as-Sakhawi (w. 643 H) yang terdiri dari 64 bait.
6.       Al-Burhan fi Tajwidi al-Qur’an, karya Syekh Muhammad ash-Shadiq al-Qamhawi.
7.       Nihayatu al-Qaul al-Mufid fi ‘Ilm at-Tajwid, karya Syekh Muhammad Makki Nashr al-Jarisi asy-Syafi’i (w. 1305 H).
8.       Ahkamu Qira’ati al-Qur’an, karya Syekh Mahmud bin Khalil al-Hushari (w. 1401 H), guru dari para qari’ di Mesir pada zamannya. [*]