Ilmu, Iman dan Al-Qur'an - Serial Kutipan Indah (6)

Bismillahirrahmanirrahim


لَقَدْ عِشْنَا بُرْهَةً مِنْ دَهْرِنَا وَأَحَدُنَا يُؤْتَى الإِيمَانَ قَبْلَ الْقُرْآنِ ، وَتَنْزِلُ السُّورَةُ عَلَى مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فَيَتَعَلَّمُ حَلاَلَهَا ، وَحَرَامَهَا ، وَآمِرَهَا ، وَزَاجِرَهَا ، وَمَا يَنْبَغِى أَنْ يَقِفَ عِنْدَهُ مِنْهَا. كَمَا تَعَلَّمُونَ أَنْتُمُ الْيَوْمَ الْقُرْآنَ ، ثُمَّ لَقَدْ رَأَيْتُ الْيَوْمَ رِجَالاً يُؤْتَى أَحَدُهُمُ الْقُرْآنَ قَبْلَ الإِيمَانِ فَيَقْرَأُ مَا بَيْنَ فَاتِحَتِهِ إِلَى خَاتِمَتِهِ مَا يَدْرِى مَا آمِرُهُ وَلاَ زَاجِرُهُ وَلاَ مَا يَنْبَغِى أَنْ يَقِفَ عِنْدَهُ مِنْهُ فَيَنْثُرُهُ نَثْرَ الدَّقَلِ
Kami telah hidup sekian lama dari usia kami, dan salah seorang dari kami diberi iman sebelum Al-Qur’an. Sebuah surah turun kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dia pun mempelajari apa yang halal, haram, perintah, larangan, dan hal-hal lain yang harus diperhatikan darinya, sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur’an di hari ini. Kemudian, sungguh saya telah melihat beberapa orang di hari ini, dimana salah seorang dari mereka telah diberi Al-Qur’an sebelum iman. Maka, dia pun membaca apa yang ada diantara pembukaannya sampai penutupnya, namun dia tidak tahu-menahu apa yang diperintahkannya, apa yang dilarangnya, dan apa yang harus dia perhatikan darinya. Dia membacanya sebagaimana berjatuhannya kurma jelek ketika pohonnya diguncangkan. (‘Abdullah bin ‘Umar r.a.).[1]

إِنَّا قَوْمٌ أُوتِينَا الإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نُؤْتَى الْقُرْآنَ وَإِنَّكُمْ قَوْمٌ أُوتِيتُمُ الْقُرْآنَ قَبْلَ أَنْ تُؤْتُوا الإِيمَانَ
Sesungguhnya kami adalah kaum yang telah diberi iman sebelum kami diberi Al-Qur’an, sedangkan kalian adalah kaum yang diberi Al-Qur’an sebelum kalian diberi iman. (Hudzaifah bin al-Yaman r.a.).[2]

كُنَّا غِلْمَانًا حَزَاوِرَةً مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَتَعَلَّمَنَا الإِيمَانَ قَبْلَ الْقُرْآنِ ، ثُمَّ تَعَلَّمَنَا الْقُرْآنَ ، فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا وَإِنَّكُمُ الْيَوْمَ تَعَلَّمُونَ الْقُرْآنَ قَبْلَ الإِيمَانِ
Dulu kami adalah anak-anak kecil yang sudah cukup kuat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka, kami pun mempelajari iman sebelum Al-Qur’an, kemudian kami mempelajari Al-Qur’an (setelah itu). Maka, semakin bertambahlah iman kami. Sementara kalian di hari ini, kalian mempelajari Al-Qur’an sebelum iman.[3] (Jundub bin 'Abdillah bin Sufyan al-Bajali r.a.)

مَا نَسْأَلُ أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ عِلْمُهُ فِي الْقُرْآنِ إِلاَّ أَنَّ عِلْمَنَا يَقْصُرُ عَنْهُ
Tidak ada sesuatu pun yang kami tanyakan kepada para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melainkan ilmu tentangnya (sudah ada) di dalam Al-Qur’an, hanya saja pengetahuan kami terhadapnya sangat terbatas.” (Masruq).[4]

قَالَ وَرَّاقُ الْبُخَارِي : وَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ : لاَ أَعْلَمُ شَيْئًا يُحْتَاجُ إِلَيْهِ إِلاَّ وَهُوَ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ قَالَ : فَقُلْتُ لَهُ : يُمْكِنُ مَعْرِفَةُ ذَاكَ؟ قَالَ : نَعَمْ
Juru tulis (warraq) Imam al-Bukhari berkata: saya mendengar beliau berkata, “Saya tidak mengetahui sesuatu pun yang diperlukan melainkan ia sudah ada di dalam Al-Kitab dan As-Sunnah.” Saya bertanya kepada beliau, “Apakah memungkinkan untuk mengetahui hal itu?” Beliau menjawab, “Ya.”[5]

قَالَ رَجُلٌ لِمُطَرِّفٍ : أَفْضَلَ مِنَ الْقُرْآنِ تُرِيْدُوْنَ؟ قَالَ : لاَ وَلَكِنْ نُرِيْدُ مَنْ هُوَ أَعْلَمُ بِالْقُرْآنِ مِنَّا
Ada seseorang yang berkata kepada Mutharrif, Apakah kalian menginginkan sesuatu yang lebih utama dari Al-Qur’an? Beliau menjawab, Tidak, akan tetapi kami menginginkan seseorang yang lebih mengetahui Al-Qur’an dibanding kami.”[6]



[1] Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5496, dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Diriwayatkan pula oleh al-Hakim, ath-Thabrani dan ath-Thahawi. Al-Hakim mengeluarkannya dalam al-Mustadrak, no. 101. Beliau berkata, “Ini hadits shahih ‘ala syarth asy-syaikhaini, setahu saya tidak ada ‘illat di dalamnya, dan mereka berdua tidak mengeluarkannya.” Ad-Dzahabi berkata dalam at-Talkhish, “Sesuai syarth al-Bukhari dan Muslim, dan tidak ada ‘illat padanya.” Ath-Thabrani mengutipnya dalam Mu’jam al-Awsath, dan menurut al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawa’id, no. 755, “Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Awsath, dan para perawinya adalah perawi shahih.” Ath-Thahawi meriwayatkannya dalam Musykil al-Atsar, no. 1253.
[2] Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5497, dari Hudzaifah bin al-Yaman.
[3] Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5498, dari Jundub bin 'Abdillah bin Sufyan al-Bajali.
[4] Dari: Kitabul ‘Ilmi, karya Abu Khaytsamah, no. 51. Merupakan pernyataan dari Masruq.
[5] Dari: Taghliq at-Ta’liq, karya al-Hafizh Ibnu Hajar, dalam muqaddimah, ketika beliau membahas keluasan ilmu Imam al-Bukhari.
[6] Dari: Kitabul ‘Ilmi, karya Abu Khaytsamah, no. 98. Pernyataan Mutharrif.