Bismillaahirrahmanirrahim
MUQADDIMAH
Segala puji bagi Allah,
shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Muhammad Rasulullah, ummahatul
mu’minin, ahli bait, dan para sahabat. Wa ba’du.
Sebagai manusia, salah satu
kewajiban pertama dan terpenting kita adalah mencari ilmu. Ilmu adalah ciri
khas manusia, dimana dengannya Allah telah melebihkan kita dari makhluk manapun
yang lain. Ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya setiap kita telah
dipersiapkan sedemikian rupa oleh Allah untuk belajar dan mencerna ilmu. Tanpa
itu, kita tidak akan mengenal-Nya dan juga kenabian, yang berarti pula
kewajiban taklif menjadi gugur. Hanya saja, kesalahan langkah pertama dalam
proses belajar acapkali menghalangi manusia dari ilmu yang seharusnya dapat dia
kuasai. Diantara bentuk kesalahan yang umum terjadi dewasa ini adalah kegagalan
seseorang untuk mendisiplinkan diri dalam adab, dan juga kegagalan mengenali
obyek yang akan dipelajarinya.
Memahami identitas sesuatu
akan sangat membantu untuk mempersiapkan mental sebelum intens berinteraksi
dengannya. Sebab, biasanya kita akan menjadi musuh besar dari segala sesuatu
yang tidak kita kenali dengan baik. Bagi seorang pencari ilmu, adalah sangat
berguna untuk mengenali ilmu-ilmu yang akan dipelajarinya. Paling tidak, ia
telah mendapatkan gambaran sejak awal mengenai apa yang akan dia hadapi
sehingga dapat mempersiapkan diri untuk menerima tantangannya. Banyak pelajar
gagal bukan karena kurang cerdas atau malas, namun karena salah jalan. Kami
tidak berharap hal itu menimpa para pelajar di Madrasah ini. Kurang lebih
semangat semacam itulah yang melatari disusunnya buku yang ada di tangan Anda
sekarang.
Serial artikel ini – salah satunya – berbicara
tentang al-mabaadi’ al-‘asyrah, sepuluh prinsip dasar. Tepatnya, sepuluh
poin terpenting yang dapat dipergunakan untuk memperoleh deskripsi umum tentang
suatu disiplin ilmu, khususnya ilmu-ilmu syari’ah. Ini dapat diibaratkan
sebagai peta konsep, katalog, outline atau sketsa kasar yang menyediakan
informasi awal mengenai suatu disiplin ilmu tertentu. Uraian tentang al-mabaadi’
al-‘asyrah ini biasa ditemukan dalam pendahuluan karya-karya klasik, namun
jarang muncul dalam tulisan-tulisan yang lebih modern. Dengan membaca
pendahuluan ini, setiap pelajar dapat menyiapkan diri untuk menelaahnya; jauh
sebelum ia terlanjur “berkubang” lalu menyesalinya, atau kehabisan energi
karena tidak mampu menahan bebannya. Bagi seorang guru, pemahaman terhadap
aspek ini akan memberinya visi dan arah yang jelas dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar.
Ada 13 materi atau disiplin
ilmu yang diuraikan disini, termasuk tahfizh Al-Qur’an dan mau’izhah
(nasihat serta motivasi), yang dibuka dengan satu pasal mengenai falsafah ilmu
dan pendidikan. Buku ini akan menyajikan uraian lebih rinci mengenai identitas
setiap disiplin ilmu yang dipilih sebagai materi pendidikan di dalam Madrasah. Hanya
saja, khusus materi tahfizh dan mau’izhah, uraiannya agak berbeda
dan tidak sepenuhnya patuh pada sistematika yang digariskan.
Secara lengkap, al-mabadi’
al-‘asyrah dari suatu disiplin ilmu akan mencakup:
1.
Al-hadd, yaitu batasan definitif yang menjelaskan kekhasannya
sehingga berbeda dengan disiplin ilmu lainnya. Disebut juga at-ta’rif
(definisi).
2.
Al-maudhu’, yaitu tema, ruang lingkup kajian, atau pokok
bahasannya.
3.
Ats-tsamrah, yaitu buah, hasil, atau manfaat mempelajarinya.
Disebut juga al-ghaayah (tujuan akhir yang ingin dicapai) atau al-faa’idah
(kegunaan).
4.
Al-fadhl, yaitu keutamaan dan keistimewaannya.
5.
An-nisbah, yaitu perbandingannya atau mungkin juga apa hubungannya dengan ilmu yang lain.
6.
Al-waadhi’, yaitu perintis, tokoh yang diakui sebagai peletak
dasarnya. Kita sering menyebutnya dengan “Bapak” suatu ilmu. Pada bagian ini
biasanya disertakan uraian ringkas mengenai sejarah perintisan dan pembangunan
ilmu yang bersangkutan.
7.
Al-ism, yaitu nama, atribut, atau sebutan resminya.
8.
Al-istimdaad, yaitu sumber pengambilan bahan kajiannya.
9.
Al-hukm asy-syar’i, yaitu hukum mempelajarinya menurut syari’at.
10.
Al-masaa’il, yaitu pokok-pokok masalah yang diperbincangkan di
dalamnya.
Secara implisit, di dalamnya akan
dijelaskan pula dimana posisi setiap disiplin ilmu dalam rangka membangun
kepribadian yang diharapkan. Misalnya, apa fungsi serta relevansi hafalan
Al-Qur’an dan kajian fiqh dalam proses pembentukan syakhsyiyah islamiyah?
Pertanyaan serupa dapat kita ajukan kepada berbagai disiplin ilmu lainnya. Mengetahui
dengan pasti jawaban atas pertanyaan ini akan sangat membantu menjaga kita dari
ketergelinciran, sehingga orientasi pendidikan dapat terus dijaga dari waktu ke
waktu.
Kami mengutip materi al-mabadi’
al-‘asyrah dari berbagai buku terkait, terutama Abjadu al-‘Ulum
karya al-Qannuji. Jika kami mendapati lebih dari satu versi atas suatu bagian,
maka kami kutip seluruhnya. Biasanya, versi-versi tersebut saling melengkapi
dan menguatkan. Meski demikian, sebagian disiplin ilmu tidak diuraikan lengkap sepuluh
komponen, mungkin karena sudah terlalu jelas atau ada bagian tertentu yang
sukar dipastikan, terutama soal nisbah dan al-hukm asy-syar’i. Nisbah
atau hubungan maupun perbandingan suatu disiplin ilmu dengan lainnya sering
tidak usah dibahas, karena kebanyakan ilmu sudah berkembang sedemikian rupa
sehingga memiliki ciri-ciri yang khas dan mandiri. Sedangkan status al-hukm
asy-syar’i selalu dapat dihubungkan dengan tujuan dan manfaat ilmu itu
sendiri bagi seorang muslim.
Sementara itu, daftar
literatur yang dikelompokkan sebagai Saran Bacaan, kami kutip dari ad-Dalil
ila al-Mutun al-‘Ilmiyyah karya Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin Ibrahim bin Qasim,
seorang qadhi di Mahkamah Agung Saudi Arabia, di Riyadh. Sebagaimana
dijelaskan oleh penulis aslinya, daftar ini dimaksudkan sebagai panduan untuk
mengusai disiplin ilmu syari’ah tertentu, yakni dengan menelaah literatur utama
yang menguraikan dasar-dasar kajiannya. Seluruh buku yang ada dalam daftar
masih berbahasa Arab, dengan sebagian diantaranya sudah tersedia edisi
terjemahnya dalam bahasa Indonesia.
Akhirnya, kami berharap usaha
ini mendapat keberkahan dari Allah ta’ala dan dicatat sebagai amal
shalih di jalan-Nya. Amin.
Rabbi-ghfir
war-ham wa anta khairur-raahimiin. [*]
--- bersambung ---