Terjemah "Al-Fiqh Al-Akbar", karya Imam Abu Hanifah - Bag. 1

{ "gambar ini hanya hiasan" }



بسم الله الرحمن الرحيم

Penjelasan tentang pokok-pokok imam
Pokok dan dasar tauhid, dan juga perkara yang sah untuk diyakini, adalah wajib dikatakan bahwa: saya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, kebangkitan setelah mati, takdir (al-qadr) yang baik maupun buruk adalah dari Allah, hisab (perhitungan amal), mizan (timbangan amal), surga, dan neraka.
Semuanya itu adalah benar (haqq).

Keesaan Allah ta'ala
Allah ta'ala itu satu; tidak (dimengerti) dari perspektif bilangan akan tetapi dari sudut pandang bahwasanya (Dia adalah Dzat yang) tiada sekutu bagi-Nya, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, tidak satu pun yang sepadan dengannya, tidak serupa dengan sesuatu pun dari antara makhluk ciptaan-Nya, tidak ada sesuatu pun dari antara makhluk ciptaan-Nya yang serupa dengan-Nya, senantiasa dan selalu dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang dzatiyah dan fi'liyah.

Sifat-sifat dzatiyah dan fi'liyah
Adapun sifat-sifat dzatiyah adalah hidup (al-hayat), kuasa (al-qudrah), mengetahui (al-'ilmu), berbicara (al-kalam), mendengar (as-sam'u), melihat (al-bashar), dan berkehendak (al-iradah).
Adapun sifat-sifat fi'liyah adalah menciptakan (at-takhliq), memberi rezeki (at-tarziq), menumbuhkan (al-insya'), membuat sesuatu tanpa contoh sebelumnya (al-ibda'), merekayasa (ash-shan'u), dan lain sebagainya yang termasuk dalam sifat al-fi'li; Allah senantiasa dan selalu dengan sifat-sifat dan nama-nama-Nya, tidak ada sifat maupun nama baru yang muncul lebih akhir.

Sifat-sifat Allah itu azali
Allah senantiasa mengetahui dengan sifat ilmu-Nya dan mengetahui adalah sifat sejak azali (dahulu dan tak berawal). Allah senantiasa kuasa dengan sifat kuasa-Nya dan kuasa adalah sifat sejak azali. Allah senantiasa berbicara dengan sifat kalam-Nya dan berbicara adalah sifat sejak azali. Allah senantiasa menciptakan dengan sifat mencipta-Nya dan menciptakan adalah sifat sejak azali. Allah senantiasa berbuat dengan sifat berbuat-Nya dan berbuat (al-fi'l) adalah sifat sejak azali. Yang berbuat (al-fa'il) adalah Allah ta'ala dan berbuat adalah sifat sejak azali. Hasil perbuatannya (al-maf'ul) adalah makhluk dan perbuatan Allah ta'ala bukan makhluk.

Uraian tentang Al-Qur'an
Sifat-sifat Allah sejak azali tidaklah baru dan bukan makhluk. Barangsiapa yang berpendapat bahwa sifat-sifat itu makhluk atau baru, atau dia ber-tawaqquf (agnostik), atau ragu-ragu (skeptis), maka dia kafir kepada Allah ta'ala.
Al-Qur'an adalah kalam Allah ta'ala yang tertulis di dalam mushhaf, terpelihara di dalam hati, dibaca di lidah, diturunkan kepada Nabi shalla-llahu 'alaihi wa aalihi wasallam. Sedangkan pelafalan kita terhadap Al-Qur'an adalah makhluk, penulisan yang kita lakukan terhadapnya juga makhluk, pembacaan kita kepadanya pun makhluk. Akan tetapi, Al-Qur'an bukan makhluk.
Apa yang disebutkan oleh Allah ta'ala di dalam Al-Qur'an yang mengisahkan tentang Musa dan para Nabi lainnya, juga tentang Fir'aun dan Iblis, maka sesungguhnya semua itu adalah kalam Allah yang memberitakan tentang mereka; kalam Allah sendiri bukanlah makhluk, sedangkan perkataan Musa dan lain-lain termasuk jenis makhluk. Al-Qur'an adalah kalam Allah ta'ala sebagaimana dalam firman-Nya, "Dan Allah berbicara kepada Musa dengan langsung." (QS an-Nisa': 164)
Sungguh Allah adalah mutakallim (yang berbicara) sejak dahulu dan tidak berbicara kepada Musa 'alaihis salaam. Sungguh Allah adalah khaliq sejak dahulu dan tidak menciptakan makhluk. Maka, tatkala Allah berbicara kepada Musa, Allah berbicara kepadanya dengan sifat kalam yang merupakan sifat-Nya sejak azali. Semua sifat-sifat Allah berlainan dengan sifat-sifat makhluk. Dia mengetahui tidak seperti kita mengetahui. Dia kuasa tidak seperti kita kuasa. Dia melihat tidak seperti kita melihat. Dia berbicara tidak seperti kita berbicara. Dia mendengar tidak seperti kita mendengar. Kita berbicara dengan alat dan huruf, sedangkan Allah berbicara tidak dengan alat dan huruf. Huruf adalah makhluk, sementara kalam Allah bukan makhluk. Kalam Allah adalah "sesuatu" yang tidak sama dengan sesuatu yang lain, sedangkan makna "sesuatu" itu adalah tetap (tsabit), tanpa jisim (fisik), jauhar (elemen, unsur), 'irdh (dimensi, jiwa, badan), hadd (batas), dhidd (lawan), nidd (setara), atau mitsl (serupa).

Uraian tentang sifat-sifat Allah
Allah mempunyai tangan, wajah dan nafs (jiwa, diri) sebagaimana disebutkan oleh Allah sendiri di dalam Al-Qur'an. Semua yang disebutkan oleh Allah ta'ala di dalam Al-Qur'an tentang wajah, tangan dan nafs adalah sifat-sifat bagi-Nya, dengan tanpa kayf (model, bentuk, corak).
Tidak bisa pula dikatakan bahwa tangan-Nya adalah kuasa-Nya atau nikmat-Nya, sebab perkataan ini berarti membatalkan sifat-Nya. Ini merupakan pendapat ahli al-qadr (penganut aliran Qadariyah) dan Mu'tazilah. Akan tetapi tangan-Nya adalah sifat-Nya dengan tanpa kayf. Kemurkaan dan keridhaan-Nya adalah dua diantara sifat-sifat Allah ta'ala, dengan tanpa kayf.

Uraian tentang takdir (al-qadr)
Allah ta'ala menciptakan segala sesuatu tidak dari sesuatu (bahan) yang lain. Allah telah mengetahui segala sesuatu itu sejak azali sebelum adanya. Allah pulalah yang menentukan segala sesuatu dan menetapkannya. Tidak ada sesuatu pun, baik di dunia maupun akhirat, kecuali atas kemauan (masyi'ah), pengetahuan ('ilm), ketetapan (qadha') dan ketentuan (qadar) dari-Nya. Dan Allah menuliskan semua itu di Lauhul Mahfuzh. Akan tetapi Allah menuliskannya berupa deskripsi (washf), bukan putusan akhir (hukm). Ketetapan, ketentuan dan kemauan adalah sifat-sifat Allah sejak azali dengan tanpa kayf.
Allah ta'ala mengetahui apa yang belum ada ketika ia masih dalam kondisi belum ada. Allah juga mengetahui bagaimana ia nantinya jika diadakan. Allah mengetahui apa yang sudah ada ketika ia masih dalam kondisi ada. Allah juga mengetahui bagaimana nanti ia akan binasa. Allah mengetahui apa yang berdiri ketika ia masih dalam kondisi berdiri, dan jika ia duduk maka Allah pun telah mengetahuinya duduk dalam kondisi ketika ia duduk itu. (Semua itu) dengan tanpa adanya perubahan (dalam) pengetahuan-Nya, atau timbul suatu pengetahuan yang baru bagi-Nya. Sebaliknya, perubahan dan perbedaan (kondisi) selalu berlangsung di kalangan makhluk.

Fithrah yang ditetapkan Allah kepada manusia
Allah ta'ala menciptakan manusia dalam keadaan bersih dari kekufuran maupun iman. Kemudian, Allah berbicara kepada mereka, memberikan perintah dan larangan; sehingga kafirlah orang yang kafir disebabkan oleh perbuatan, keingkaran, dan penentangannya sendiri kepada kebenaran, yakni dengan kehinaan yang ditimpakan Allah kepadanya; juga berimanlah orang yang beriman disebabkan oleh perbuatan, ikrar dan pembenarannya sendiri, yakni dengan taufiq dan pertolongan yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Allah mengeluarkan anak keturunan Adam dari tulang punggungnya kemudian menjadikan mereka berakal dan mampu memahami, lalu Allah mengajak mereka berbicara, memerintahkan mereka untuk beriman dan melarang mereka dari kekufuran. Mereka semua mengakui Allah dari sisi rububiyah, sehingga hal itu merupakan keimanan mereka kepada-Nya. Mereka semua dilahirkan diatas fithrah itu. Barangsiapa yang kufur setelahnya, maka sungguh dia telah mengganti dan mengubah (fithrah-nya sendiri). Barangsiapa yang beriman dan membenarkan, maka sungguh dia telah tetap dan konsisten diatas fithrah-nya.
Allah tidak memaksa satu pun dari makhluk-Nya untuk kufur atau beriman. Allah juga tidak menciptakan mereka sebagai mukmin maupun kafir. Namun, Allah menciptakan mereka sebagai pribadi-pribadi (asykhaash), sementara keimanan maupun kekufuran adalah amal perbuatan hamba. Allah ta'ala mengetahui siapa yang kufur pada saat ia masih kufur. Tatkala ia beriman setelah itu maka Allah mengetahuinya sebagai seorang mukmin pada saat ia masih beriman. Allah juga menyukainya. (Semua itu) dengan tanpa perubahan pada ilmu Allah maupun sifat-Nya.
Semua perbuatan hamba, baik berupa gerakan maupun diam, merupakan usaha mereka secara hakiki, sedangkan Allah adalah yang menciptakannya. Semua itu dengan kemauan (masyi'ah), pengetahuan ('ilmu), ketetapan (qadha') dan ketentuan (qadar) dari-Nya.

Ketaatan dicintai Allah, sedang kemaksiatan ditakdirkan akan tetapi tidak dicintai
Ketaatan-ketaatan, semuanya tanpa kecuali, adalah wajib dengan perintah dari Allah ta'ala, kecintaan (mahabbah), ridha, pengetahuan, kemauan, ketetapan, dan ketentuan-Nya.
Maksiat-maksiat, semuanya tanpa kecuali, adalah dengan sepengetahuan Allah, ketetapan, ketentuan, dan kemauan-Nya; namun tidak disertai dengan kecintaan dan ridha-Nya, tidak pula dengan perintah dari-Nya.

Uraian tentang 'ishmah para Nabi
Para Nabi 'alaihimus salaam semuanya bersih dari dosa kecil, dosa besar, kekufuran, dan keburukan; meskipun terkadang mereka melakukan kealpaan (zallaat) dan kesalahan (khathaayaa).

Uraian tentang Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa aalihi wasallam
Muhammad 'alaihi ash-shalaatu wa as-sallam adalah kekasih, hamba, utusan, nabi, sosok pilihan, dan figur saringan dari Allah. Beliau samasekali tidak pernah menyembah berhala maupun mempersekutukan Allah, walau sekejap mata pun. Beliau pun samasekali tidak pernah mengerjakan dosa kecil maupun dosa besar.

Peringkat keutamaan para sahabat
Manusia paling utama setelah para Nabi 'alaihim ash-shalatu wa as-salaam adalah Abu Bakr ash-Shiddiq, kemudian 'Umar bin al-Khaththab al-faaruuq, kemudian 'Utsman bin 'Affan dzun nuuraini, kemudian 'Ali bin Abi Thalib al-murtadha, semoga Allah meridhai mereka semuanya.

Seorang muslim tidak menjadi kafir karena (mengerjakan) suatu dosa, selama dia tidak menghalalkan (perbuatan dosa itu)
(Yakni) selama mereka senantiasa mengerjakan ibadah dan teguh diatas kebenaran. Bersama kebenarannya itulah kami bersikap wala' (cinta, loyal, setia) kepada mereka semuanya. Kami tidak menyebut-nyebut tentang salah seorang dari sahabat Rasulullah kecuali yang baik-baik saja.
Kami tidak mengkafirkan seorang muslim dikarenakan suatu dosa yang dia kerjakan, meskipun itu dosa besar, selama dia tidak menghalalkannya. Kami pun tidak menghapuskan status keimanan darinya. Kami tetap menyebutnya sebagai seorang mukmin secara hakiki, dimana bisa saja ada seorang mukmin yang fasiq (banyak bermaksiat), akan tetapi dia bukan kafir.

--- bersambung ---

Bagian selanjutnya: klik disini
Naskah lengkap versi PDF, cek laman DOWNLOAD atau klik disini 
 

(*) Silakan meng-copy materi ini, dengan syarat tidak diperjualbelikan dan tidak mengubah keaslian isinya. Semoga bermanfaat. Jangan lupakan kami dalam doa Anda.