KIAT MEMBANGUN DAN MERAWAT PERSAUDARAAN



Bismillahirrahmanirrahim

Allah ta’ala berfirman, QS al-Anfaal: 63: “Dan (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah Telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Nabi shalla-llahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ruh-ruh itu seperti pasukan tentara yang berkelompok-kelompok. Bila saling kenal maka akan mudah akrab, dan bila tidak saling kenal maka akan mudah berselisih.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari ‘Aisyah dan Abu Hurairah radhiya-llahu ‘anhuma).
Ibnu Mas’ud radhiya-llahu ‘anhu berkata, “Ruh-ruh itu seperti pasukan tentara yang berkelompok-kelompok. Mereka saling berjumpa lalu saling mencari aroma kawannya, seperti apa yang dilakukan oleh kuda. Bila saling kenal maka akan mudah akrab, dan bila tidak saling kenal maka akan mudah berselisih. Seandainya ada seorang mukmin yang masuk masjid, dimana di dalamnya ada seratus orang dan hanya ada satu saja diantara mereka yang mukmin, pasti ia akan menemukannya dan duduk bersamanya. Dan seandainya ada seorang munafiq yang masuk masjid, dimana di dalamnya ada seratus orang dan hanya ada satu saja diantara mereka yang munafiq, pasti ia akan menemukannya dan duduk bersamanya.” (Riwayat Ibnu Baththah dalam al-Ibanah al-Kubra).
Washil, maula Abu 'Uyainah, berkata: aku pernah bersama Muhammad bin Wasi' di Marw. Lalu, 'Atha' bin Abu Muslim mendatangi beliau bersama anaknya, 'Utsman. 'Atha' kemudian berkata kepada Muhammad, "Amal apakah yang paling utama di dunia ini?" Beliau menjawab, "Menemani teman dan bercakap-cakap dengan saudara, apabila mereka saling bersahabat diatas kebajikan dan taqwa." Beliau melanjutkan, "Pada saat itu, Allah akan menghadirkan kemanisan di antara mereka, sehingga mereka terhubung dan saling menyambungkan hubungan. Tidak ada kebaikan dalam menemani teman dan bercakap-cakap dengan saudara jika mereka adalah budak-budak dari perutnya masing-masing, sebab jika mereka seperti ini maka satu sama lain akan saling menghalangi dari akhirat." (Riwayat Ibnu Abi ad-Dunya dalam al-Ikhwaan).
Al-Hasan (al-Bashri) berkata, “Wahai anak cucu Adam, bisa jadi engkau mempunyai saudara yang tidak pernah dilahirkan oleh ibumu.” (Riwayat Ibnu Abi ad-Dunya dalam al-Ikhwaan).

Kiat membangun & merawat persaudaraan:
a)     Utamakan persaudaraan karena landasan taqwa dan agama, bukan kepentingan duniawi.
Ibnu ‘Abbas radhiya-llahu ‘anhuma bekata, “(Hubungan) darah itu (bisa) terputus, dan (hubungan karena) kenikmatan-kenikmatan itu (bisa) diingkari, (tetapi) tidak ada yang dapat disamakan dengan kedekatan hati.”
Abu Ja’far (Muhammad bin ‘Ali bin al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib) berkata: Muhammad (bin Qudamah) bergegas (mengomentari) hal ini, beliau berkata, “Hubungan darah yang dekat terkadang bisa putus, dan berbagai kenikmatan pun diingkari; serta tidak seperti kedekatan diantara dua hati; bila yang ini menampakkan hawa nafsu maka yang itu menampakkan petunjuk (untuk membenahinya), sehingga keduanya bagaikan satu jiwa yang tampak dalam wujud dua pribadi terpisah.”

b)     Saling mendoakan tanpa sepengetahuan masing-masing
Shafwan bin ‘Abdillah bin Shafwan bercerita: Aku datang ke Syam, lalu aku datangi rumah Abu ad-Darda’ namun aku tidak menemukan beliau di rumahnya. Aku pun menemui Ummu ad-Darda’ (istrinya), dan ia bertanya kepadaku, “Apakah Anda ingin pergi haji tahun ini?” Aku jawab, “Ya.” Dia berkata, “Berdoalah kepada Allah agar kami selalu mendapatkan kebaikan, karena sesungguhnya Nabi shalla-llahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya adalah mustajab. Di sisinya ada malaikat. Setiap kali ia berdoa kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat tersebut pun berdoa: dan semoga bagimu pun seperti itu juga.” (Riwayat Muslim)

c)      Saling mengucap salam, bertegur sapa dengan ramah
Nabi shalla-llahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian.” (Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiya-llahu ‘anhu).
Nabi shalla-llahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jangan kaupandang remeh perbuatan yang ma’ruf barang sedikit pun, meski bentuknya hanyalah menjumpai saudaramu dengan wajah sumringah.” (Riwayat Muslim dari Abu Dzarr radhiya-llahu ‘anhu).
Nabi shalla-llahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu....” (Riwayat at-Tirmidzi dari Abu Dzarr radhiya-llahu ‘anhu).

d)     Saling memberi hadiah
Nabi shalla-llahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Lakukan saling memberi hadian diantara kalian, niscaya kalian saling mencintai.”

e)      Saling mengunjungi
Dari Abu Hurairah radhiya-llahu ‘anhu: Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya ada seseorang yang hendak mengunjungi saudaranya di suatu desa. Lalu, Allah menyuruh seorang malaikat untuk mencegatnya di perjalanan, dan bertanya, “Anda mau kemana?” Orang itu menjawab, “Saya ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.” Malaikat (yang menyamar) itu bertanya lagi, “Apakah dia mempunyai suatu harta yang engkau kelola untuknya?” Orang itu menjawab, “Tidak. Sungguh aku mencintainya karena Allah semata.” Malaikat pun berkata, “Sesungguhnya aku ini utusan Allah (yang dikirim) kepadamu (dengan membawa pesan): ‘sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya’.”
Dari Abu Hurairah radhiya-llahu ‘anhu: sesungguhnya Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, bila seorang muslim menjenguk atau mengunjungi saudaranya, semata-mata karena Allah, maka Allah akan berfirman: ‘engkau orang yang baik, perjalananmu pun baik, dan engkau telah mengambil satu tempat persinggahan di surga’.”

f)       Jauhi dosa
Nabi shalla-llahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah dua orang yang saling mengasihi kemudian mereka berdua terpisahkan, melainkan karena adanya dosa yang dilakukan oleh salah satu dari mereka berdua.” (Riwayat Ahmad)

Wallahu a’lam.

(*) ditulis sekitar tahun 1429 H