Merantau Demi Mencari Ilmu - Serial Kutipan Indah (4)

 
Bismillahirrahmanirrahim

سَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَمَّنْ تُفَارِقُهُ * وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
إِنِّي رَأَيْتُ وُقُوْفَ الْمَاءِ يُفْسِدُهُ * إِنْ سَاحَ طَابَ وَإِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
وَالأُسُدُ لَوْلاَ فِرَاقُ الأَرْضِ مَا افْتَرَسَتْ * وَالسَّهْمُ لَوْلاَ فِرَاقُ الْقُوْسِ لَمْ يُصِبِ
وَالشَّمْسُ لَوْ وَقَفَتْ فِي الْفُلْكِ دَائِمَةً * لَمَلَّهَا النَّاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنْ عَرَبِ
وَالتِّبْرُ كَالتُّرَابِ مُلْقًى فِي أَمَاكِنِهِ * وَالْعُوْدُ فِي أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنَ الْحَطَبِ
فَإِنْ تَغَرَّبَ هَذَا عَزَّ مَطْلَبُهُ * وَإِنْ تَغَرَّبَ ذَاكَ عَزَّ كَالذَّهَبِ
Merantaulah, engkau akan mendapatkan pengganti dari orang-orang yang kautinggalkan; dan bekerja keraslah karena sesungguhnya kelezatan hidup itu ada dalam kerja keras
Sungguh aku melihat menggenangnya air itu akan membuatnya rusak; jika ia mengalir maka ia menjadi bagus, dan jika tidak mengalir maka dia tidak bagus
Singa-singa itu, andaikan tidak pernah meninggalkan sarangnya, dia tidak akan mendapatkan mangsa; dan anak panah takkan pernah mengenai sasaran jika tidak meninggalkan busurnya
Matahari itu, andaikan dia berhenti terus di orbitnya; pasti semua manusia akan menjadi bosan kepadanya, baik orang ‘Ajam maupun Arab
Bijih emas itu tidak ada bedanya dengan tanah biasa di tempat-tempat asalnya; sedangkan cendana adalah sejenis kayu bakar saja di negeri asalnya
Jika bijih emas itu meninggalkan negeri asalnya, maka menjadi mahal harganya; dan jika kayu cendana itu meninggalkan negeri asalnya maka ia pun semahal emas. (Imam asy-Syafi’i).[1]

تَغَرَّبْ عَنِ اْلأَوْطَانِ فِي طَلَبِ الْعُلاَ * وَسَافِرْ فَفِي اْلأَسْفَارِ خَمْسُ فَوَائِدَا
تَفَرُّجُ هَمٍّ وَاكْتِسَابُ مَعِيْشَةٍ * وَعِلْمٌ وَآدَابٌ وَصُحْبَةُ مَاجِدِ
وَإِنْ قِيْلَ فِي اْلأَسْفَارِ ذُلٌّ وَغُرْبَةٌ * وَقَطْعُ فَيَافٍ وَارْتِكَابُ شَدَائِدَا
فَمَوْتُ الْفَتَى خَيْرٌ لَهُ مِنْ حَيَاتِهِ * بِدَارِ هَوَانٍ بَيْنَ وَاشٍ وَحَاسِدِ
Merantaulah meninggalkan tempat asal demi mencari kemuliaan; dan bepergianlah karena dalam bepergian itu terdapat lima faedah
Yaitu melonggarkan kesusahan, mendapatkan penghidupan, ilmu, adab, dan berteman dengan orang-orang terpandang
Jika dikatakan bahwa dalam perantauan itu terdapat kehinaan, keterasingan, menempuh padang luas, dan mengalami aneka kesusahan
Maka, sebenarnya kematian seorang anak muda itu lebih baik dibanding jika dia hidup di negeri kehinaan, berdiam diantara orang yang gemar mengadu domba dan pendengki. (Imam asy-Syaf’i).[2]

عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ قَالَ : سَأَلْتُ أَبِي رَحِمَهُ اللهُ عَمَّنْ طَلَبَ الْعِلْمَ تَرَى لَهُ أَنْ يَلْزَمَ رَجُلاً عِنْدَهُ عِلْمٌ فَيَكْتُبُ عَنْهُ أَوْ تَرَى أَنْ يَرْحَلَ إِلَى الْمَوَاضِعِ الَّتِي فِيْهَا الْعِلْمُ فَيَسْمَعُ مِنْهُمْ؟ قَالَ : يَرْحَلُ يَكْتُبُ عَنِ الْكُوْفِيِّيْنَ وَالْبَصْرِيِّيْنَ وَأَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَمَكَّةَ يُشَامُّ النَّاسَ يَسْمَعُ مِنْهُمْ
‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata : saya bertanya kepada ayah saya, semoga Allah merahmatinya, tentang seseorang yang mencari ilmu, “Apakah menurut Anda ia tinggal menetap pada satu orang yang memiliki ilmu (di tanah kelahirannya) dan mencatat darinya, atau ia mengembara ke tempat-tempat yang ada ilmu disana dan mendengarkan (ilmu) dari mereka? Beliau menjawab, “(Sebaiknya) ia pergi mengembara untuk mencatat ilmu dari para ulama’ di Kufah, Bashrah, juga Madinah dan Makkah. Ia bergaul dan mengenali manusia, serta mendengarkan ilmu dari mereka.”[3]





[1] Syair-Syair Imam Syafii, hal. 43-45. Dua bait pertama dikutip pula dalam Majma’ul Hikam wal Amtsal, bab al-gharib wal ightirab, dinisbatkan kepada al-Buhturi, atau asy-Syafi’i, atau ‘Ammarah al-Yamini. Bait ketiga dikutip tanpa dijelaskan siapa pemiliknya dalam Nushratu ats-Tsa’ir ‘alal Matsal as-Sa’ir, hal. 23. Bait kelima dikutip tanpa dijelaskan pemiliknya dalam Zuharul Akam fil Amtsal wal Ahkam, hal. 144.
[2] Dikutip dari buku kumpulan syair, Alala Tanalul ‘Ilma…, Pesantren Lirboyo Kediri, hal. 7-8; merupakan syair Imam Syafi’i, lihat ad-Diwan, hal. 52, namun ada beberapa kata di dalamnya yang berbeda.
[3] Ar-Rihlah fi Thalabil Hadits, karya al-Khathib al-Baghdadi, no. 12.