Memilih Teman - Serial Kutipan Indah (3)

Bismillahirrahmanirrahim

أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِخِيَارِكُمْ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِينَ إِذَا رُؤُوا ذُكِرَ اللَّهُ تَعَالَى ثُمَّ قَالَ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِشِرَارِكُمُ الْمَشَّاءُونَ بِالنَّمِيمَةِ الْمُفْسِدُونَ بَيْنَ الأَحِبَّةِ الْبَاغُونَ للْبُرَآءِ الْعَنَتَ
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maukah kalian aku beritahu siapa orang-orang terbaik diantara kalian?” Para Sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Yaitu orang-orang yang jika mereka terlihat maka nama Allah pasti disebut-sebut.” Beliau melanjutkan, “Maukah kalian aku beritahu siapa orang-orang terburuk diantara kalian? Yaitu orang-orang yang suka kesana-kemari menebarkan desas-desus, merusak (hubungan) diantara orang-orang yang saling mencintai, dan berusaha menimbulkan kerusakan serta dosa di tengah-tengah orang yang bersih.” (Hadits hasan, riwayat Ahmad).[1]

أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti agama teman akrabnya, maka hendaklah kalian memperhatikan dengan siapa berteman akrab.” (Hadits hasan, riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ahmad).[2]

عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ * فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارِنِ يَقتَدِيْ
إذَا كُنْت فِي قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ * وَلاَ تَصْحَبْ اْلأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِي
Tentang seseorang, jangan bertanya siapa dia, akan tetapi bertanyalah siapa teman karibnya; sebab setiap orang yang berteman akrab itu akan saling mencontoh satu sama lain.
Jika engkau berada di tengah-tengah suatu kaum, maka bertemanlah dengan orang-orang terbaik diantara mereka; dan jangan berteman dengan yang paling buruk, sehingga statusmu menjadi jatuh bersama orang-orang yang buruk itu. (‘Ady bin Zaid).[3]

وَلاَ تَصْحَبْ أَخَا الْجَهْلِ * وَإِيَّاكَ وَإِيَّاهُ
فَكَمْ مِنْ جَاهِلٍ أَرْدَى * حَلِيْمًا حِيْنَ يَلْقَاهُ
يُقَاسُ الْمَرْءُ بِالْمَرْءِ * إِذَا مَا هُوَ مَاشَاهُ
وَلِلشَّيْءِ عَلَى الشَّيْءِ * مَقَايِيْسُ وَأَشْبَاهُ
وَلِلْقَلْبِ عَلَى الْقَلْبِ * دَلِيْلٌ حِيْنَ يَلْقَاهُ
Jangan berteman dengan orang jahil (bodoh dan berakhlak buruk); berhati-hatilah kamu dan berhatilah-hatilah darinya
Betapa banyak orang jahil yang menjatuhkan martabat orang yang penyantun, ketika dia menjumpainya
Seseorang itu akan dibandingkan dengan orang lain; apabila dia berjalan beriringan dengannya
Segala sesuatu itu memiliki bandingan dan kemiripan dengan yang lainnya
Hati pun memiliki penunjuk kepada hati yang lain ketika dia berjumpa dengannya. (‘Ali bin Abi Thalib).[4]




[1] Riwayat Ahmad, no. 27640, dari Asma’ binti Yazid; menurut Syekh al-Arna’uth: hasan karena ada hadits-hadits pendukungnya, dan ini isnad yang dha’if karena dha’if-nya Syahr bin Hausyab, dan statusnya diperdebatkan. Dikeluarkan pula oleh ‘Abd bin Humaid, no. 1580; ath-Thabrani dalam al-Kabir, no. 19900; dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, no. 6433, dari Ibnu ‘Umar.
[2] Riwayat Abu Dawud, no. 4833, menurut Syekh al-Albani: hasan; at-Tirmidzi, 2378, menurut Syekh al-Albani: hasan; Ahmad, no. 8015, menurut Syekh al-Arna’uth: isnad-nya jayyid; dan al-Hakim, no. 7320 dan beliau menilainya shahih, yang disepakati oleh adz-Dzahabi. Juga dikeluarkan pada Imam yang lain, seluruhnya dari Abu Hurairah.
[3] Adabu ad-Dunya wa ad-Din, I/206; al-Adab asy-Syar’iyah, IV/278, tetapi dinisbatkan kepada ‘Ady bin Tsabit, seorang penutur kisah bermadzhab Syi’ah yang hidup sesudah generasi wustha tabi’in, wafat tahun 116 H. Adapun ‘Ady bin Zaid, beliau adalah seorang penyair jahiliyah, meninggal sebelum zaman kenabian. Wallahu a’lam.
[4] Adabu al-‘Isyrah wa Dzikru ash-Shuhbah wal Ukhuwwah, hal. 1.