MEMBANGUN RUMAH DI SURGA



Bismillahirrahmanirrahim

Sebagian dari kita – alhamdulillah – telah tinggal di rumah-rumah milik sendiri, kecil maupun besar. Sebagian yang lain sedang berusaha memiliki rumah dengan cara mengangsur melalui KPR atau skema lain sejenisnya. Sebagian lagi, baru mampu berharap suatu saat memiliki rumah yang akan ditinggalinya bersama keluarga. Tetapi, sejauh ini, semua itu adalah rumah-rumah di dunia. Tidakkah kita memikirkan pula, bagaimana kelak tempat tinggal kita di akhirat? Sebab, pastinya akan ada banyak para raja dan penguasa zhalim yang selama di dunia ini tinggal dalam istana-istana megah, namun kelak di akhirat menjadi gelandangan. Na’udzu billah!

Akan tetapi, nasib buruk tidak hanya menimpa para penguasa zhalim. Sebagian besar rakyatnya yang lalai pun akan terjungkal ke tempat serupa. Sebab, mereka telah menghabiskan seluruh sumberdaya yang dimilikinya untuk membeli, membangun, memperbesar, memperindah, dan merenovasi rumah-rumahnya yang ada di dunia; hingga tak ada lagi yang tersisihkan untuk akhiratnya. Mereka lalai mempersiapkan rumah tempat tinggalnya di akhirat, di negeri yang kekal.
Bukan berarti kita tidak boleh memiliki rumah yang layak dan nyaman. Sebab, Rasulullah pun memiliki rumah, meski sangat bersahaja. Para sahabat beliau, yaitu generasi terbaik yang pernah dilahirkan umat manusia, juga memiliki tempat tinggal. Kita adalah manusia berbadan wadag. Tubuh kita memerlukan tempat untuk “berlabuh” dan beristirahat. Allah telah menjadikan rumah sebagai tempat kita berlindung, menyimpan rahasia, dan juga memperoleh ketenangan. Akan tetapi, yang dicela adalah kelalaian. Yakni, bila kita menumpahkan seluruh sumberdaya yang kita miliki dan kumpulkan, demi rumah-rumah kita di dunia, melalaikan rumah-rumah kita di akhirat. Allah menegur kealpaan ini dalam firman-Nya, “Akan tetapi, kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia. Padahal, akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (Qs al-A’la: 16-17).
Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita bisa membangun rumah-rumah di akhirat nanti, agar tidak termasuk orang-orang yang “lebih mengutamakan kehidupan dunia”? Inilah bimbingan Rasulullah untuk kita.
1.      Membangun masjid, walau seukuran sarang burung merpati
Diriwayatkan dari Abu Dzarr: Nabi bersabda, “Siapa saja yang membangun masjid semata-mata karena Allah, walau hanya seukuran sarang burung merpati, niscaya Allah membangunkan untuknya sebuah rumah di surga.” (Riwayat Al-Bazzar dan Thabrani dalam ash-Shaghir. Menurut al-Haitsami: para perawinya terpercaya).
Hadits ini, dengan redaksi sedikit berbeda, sebenarnya juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Utsman bin ‘Affan. Diriwayatkan pula oleh para imam ahli hadits yang lain dalam kitab-kitab mereka.
2.      Mengerjakan 12 rakaat shalat sunnah rawatib setiap hari secara kontinyu
Ummu Habibah, istri Nabi berkisah: saya mendengar Rasulullah bersabda, “Tidak seorang hamba muslim pun yang setiap hari mengerjakan 12 rakaat shalat tathawwu’ (sukarela), bukan shalat fardhu (wajib), semata-mata karena Allah, melainkan Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga – atau: melainkan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di surga.” Ummu Habibah berkata: “Maka, sejak saat itu saya selalu mengerjakannya.” (Riwayat Muslim).
Dalam riwayat lain yang bersumber dari ‘Aisyah, dinyatakan bahwa 12 rakaat itu adalah: 4 rakaat sebelum zhuhur, 2 rakaat sesudah zhuhur, 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat sesudah isya’, dan 2 rakaat sebelum subuh.” (Riwayat Nasa’i. Hadits shahih).
3.      Mengerjakan 12 rakaat shalat sunnah sebelum zhuhur
Ummu Habibah binti Abi Sufyan berkata, “Siapa saja yang dalam sehari mengerjakan shalat 12 rakaat sebelum zhuhur, niscaya Allah membangunkan untuknya sebuah rumah di surga.” (Riwayat Nasa’i. Hadits shahih li ghairihi).
4.      Membaca surah Al-Ikhlas 10 kali
Mu’adz bin Anas al-Juhani berkata: Nabi bersabda, “Siapa saja yang membaca Qul Huwallahu Ahad sepuluh kali sampai selesai, niscaya Allah membangunkan untuknya sebuah istana di surga.” Umar bin Khattab berkata, “Kalau begitu, saya akan memperbanyaknya, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Allah (akan membalas) lebih banyak dan lebih baik.” (Riwayat Ahmad. Sanad-nya lemah, namun dikutip melalui dua jalur berbeda yang saling menguatkan, sementara para perawi lainnya bisa dipercaya.).
Penyusun kitab Shahih Kunuz as-Sunnah an-Nabawiyah menilai hadits ini shahih dan berkomentar, “Saudaraku sesama mukmin, sungguh membangun rumah di surga hanya menyita waktumu dua menit saja. Renungkanlah!”
Tentu saja, akan semakin bermakna jika surah ini dibaca dengan dimengerti makna dan perintah di dalamnya, yakni mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun.
5.      Mengisi shaf yang lowong dalam shalat berjamaah
‘Aisyah berkata: Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang mengisi shaf yang lowong (dalam shalat berjamaah), niscaya Allah mengangkat derajatnya satu tingkat dan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga.” (Riwayat Thabrani dalam al-Ausath. Hadits shahih).
Oleh karenanya, setiap kali hendak memimpin shalat, sebelum takbiratul ihram Nabi selalu berbalik ke arah jamaahnya dan berseru, “Rapat dan luruskan shaf kalian, sebab aku bisa melihat kalian dari belakang punggungku!” (Riwayat Ahmad. Hadits shahih).
Semoga Allah membimbing kita untuk menaati-Nya, serta membangunkan untuk kita sebuah rumah yang nyaman kelak di surga. Amin.
Wallahu 'alam.

[*] 22 Ramadhan 1431 H; pernah dimuat Lembar Tausiyah, BMH Malang.