JANGAN TERGESA-GESA MEMBACA AL-QUR’AN!


Bismillahirrahmanirrahim

Pernahkah Anda mendengar orang membaca Al-Qur’an dengan cepat-cepat dan sangat terburu-buru, seolah-olah dikejar jadwal keberangkatan pesawat terbang? Atau, kita sendiri sering membaca Al-Qur’an dengan cara itu? Jika ya, tahukah Anda apa sebenarnya bahaya yang tengah menunggu kita di belakangnya?
Untuk itu, mari kita ikuti kisah berikut.
Ibnu ‘Abbas berkata: seseorang datang kepada ‘Umar, dan mulailah beliau menanyainya perihal keadaan orang-orang. Ia menjawab, “Wahai amirul mu’minin, sebagian dari mereka membaca Al-Qur’an begini-begitu.” Aku pun berkata, “Demi Allah, saya tidak senang mereka tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an pada hari-hari ini sebagaimana mereka melakukannya.” ‘Umar membentakku dan berkata, “Apa?!” Aku pun beranjak pergi menemui keluargaku dengan diliputi kemuraman dan bersedih. Aku katakan (pada diriku sendiri), “Aku telah mencapai kedudukan tertentu di hadapan orang ini, namun menurutku (sekarang) aku telah jatuh dalam pandangannya.” Aku pun pulang ke rumahku lalu berbaring diatas alas tidurku, sampai-sampai para wanita di kalangan keluargaku menjengukku, padahal aku tidak merasakan keluhan apapun. Semua itu hanyalah (akibat dari) apa yang kuterima dari ‘Umar. Ketika aku masih dalam kondisi begitu, seseorang mendatangiku dan berkata, “Penuhi panggilan amirul mu’minin!” Aku pun keluar, dan ternyata beliau telah berdiri menungguku. Beliau menggandeng tanganku dan mengajakku menyendiri, lalu bertanya, “Apa yang tidak engkau senangi dari apa yang dikatakan orang itu tadi?” Aku menjawab, “Wahai amirul mu’minin, bila saya bersalah maka saya mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Jatuhkan kepada saya (hukuman) apa saja yang Anda sukai.” Beliau berkata, “Sungguh, beritahu saya apa yang tidak engkau senangi dari apa yang dikatakan orang itu!” Aku berkata, “Wahai amirul mu’minin, kapan pun mereka tergesa-gesa membaca Al-Qur’an maka mereka akan berada di tepi (kehancuran); dan kapan pun mereka berada di tepi maka mereka akan bertengkar; dan kapan pun mereka bertengkar maka mereka akan berselisih; dan kapan pun mereka berselisih maka mereka akan bunuh-membunuh.” ‘Umar berkata, “Demi Allah, sungguh aku telah merahasiakan hal ini dari orang banyak, sampai (akhirnya) engkau justru membukanya!” (Riwayat ‘Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf, semua perawinya bisa dipercaya).
Wah!! Demikian hebatkah dampak buruk dari sikap tergesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an?
Sesungguhnya, itu adalah matarantai sebab-akibat yang logis. Bukankah Al-Qur’an diturunkan agar didengarkan dengan sepenuh hati, kemudian direnungi, diresapi dan diamalkan? Allah berfirman, Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS al-A’raf: 204).
Jika kita membacanya dengan tergesa-gesa, sempatkah kita memperhatikan dan merenunginya? Jika kita tidak sempat memperhatikan dan merenungi, bukankah pemahaman kita terhadapnya akan teramat dangkal dan sepotong-sepotong? Jika pemahaman kita dangkal dan sepotong-sepotong, bukankah kita akan mudah bertengkar dan berselisih paham dalam memaknai dan mengamalkannya? Jika kita bertengkar dan berselisih paham, bukankah kita akan saling membenci dan pada akhirnya saling menghancurkan, membunuh? Na’udzu billah.
Pada suatu kali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar sekelompok orang mempertentangkan (ayat-ayat) Al-Qur’an, maka beliau pun bersabda, “Umat sebelum kalian binasa hanya karena ini. Mereka membenturkan (isi kandungan) Kitabullah satu sama lain, padahal ia diturunkan untuk saling membenarkan. Maka, jangan sampai kalian mendustakan sebagian isinya dengan (menggunakan) sebagian yang lain. Apa yang kalian ketahui darinya maka katakanlah, sementara apa yang tidak kalian ketahui maka serahkan kepada orang yang mengetahuinya.” (Hadits riwayat ‘Abdurrazzaq, Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits shahih).
Dewasa ini, kita sering mendengar kelompok-kelompok yang saling bertentangan beradu argumen dengan sama-sama mengutip ayat Al-Qur’an. Ayat satu dikutip pihak A, lalu dibenturkan dengan ayat lain oleh pihak B. Apa hasilnya? Kita semua gagal memperoleh petunjuk darinya, karena justru ayat satu seolah membatalkan ayat yang lain. Padahal, sebenarnya bukan ayat-ayat itu yang bertentangan, namun isi pikiran kita sendiri yang sudah menyimpang.
Menurut Ibnu ‘Abbas, semua itu berawal dari kurangnya keseriusan untuk memahami dan merenungi isi kandungan ayat-ayatnya. Diantara ciri utama kurangnya keseriusan adalah kecenderungan untuk membaca Al-Qur’an dengan cepat dan terburu-buru. Bangsa Arab saja – di zaman Ibnu ‘Abbas – tetap tidak akan bisa memahaminya dengan sempurna bila ia dibaca dengan tergesa-gesa, padahal ia diturunkan dalam bahasa mereka. Lalu, apa yang akan terjadi kepada kita yang sebagian besarnya tidak paham bahasa Arab? Sempatkah kita merenungi, padahal artinya saja kita tidak tahu-menahu?
Maka, agar bahaya besar itu tidak jatuh menimpa, mari memperbaiki diri. Pertama, paling kurang milikilah mushaf Al-Qur’an yang disertai terjemahannya dalam bahasa kita. Saat ini, harga mushaf seperti itu sangat terjangkau. Dengan adanya terjemahan itu, semoga kita tertarik untuk melirik sedikit demi sedikit maknanya. Jika ada ayat yang menarik, kita bisa segera memeriksa apa maksudnya secara ringkas. Jika mau lebih luas, mungkin kita bisa membeli rujukan kitab-kitab tafsir, seperti Tafsir Ibnu Katsir. Kedua, kurangi kecepatan bacaan kita. Allah memerintahkan kita untuk membaca Al-Qur’an secara tartil, huruf demi huruf, dengan baik dan benar (QS al-Muzzammil: 04). Ketiga, jika sempat dan mampu, belajarlah Bahasa Arab agar kita bisa lebih dalam memahami maksud dan tujuan ayat-ayatnya secara langsung. Wallahu a’lam.
 
(*) Sabtu, 28 Syawal 1430 H – 17 Oktober 2009; pernah dimuat dalam Lembar Tausiyah, BMH Malang