
Bismillahirrahmanirrahim
ILMU TAJWID
Definisi. Ilmu yang membahas tentang bagaimana memperbagus
cara membaca Al-Qur’an, yakni dalam aspek makharijul huruf,
sifat-sifatnya, dan pengucapan kalimat secara teratur dan jelas dengan
memberikan hak-haknya berupa washal, waqf, madd, qashr, rawm, idgham,
izhhar, ikhfa’, imalah, tahqiq, tafkhim, tasydid, takhfif, qalb,
tas-hil, dan lain sebagainya.
Ilmu ini adalah perluasan dari
seni membaca. Ilmu Tajwid sendiri pada dasarnya mirip dengan Ilmu Musik, yakni
ditinjau dari segi bahwa tidak cukup hanya dengan menguasai ilmunya, namun harus
terbentuk menjadi suatu malakah (kecakapan) yang diperoleh melalui
latihan dan pembiasaan untuk mengambil bacaan secara langsung dari seorang guru.
Sudah dimaklumi bahwa pembacaan Al-Qur’an pada dasarnya disampaikan secara
berantai dari generasi ke generasi, dengan pewarisan dan pertemuan langsung,
tidak cukup melalui teori atau buku. Sebagai misal, hukum bacaan isymam atau
makhraj-makhraj huruf sangat sukar untuk diuraikan secara
tertulis, dan harus diterima secara langsung dari mulut guru yang ahli.
Sebagian ulama’ ada yang tidak
mengkhususkan tajwid sebagai ilmu tersendiri, namun memasukkannya sebagai
cabang dari qira’ah (seni baca). Tajwid sendiri sebenarnya
lebih umum dibanding qira’ah.
Ruang
lingkup. Ilmu ini mengkaji
kalimat-kalimat dalam Al-Qur’an, yakni ditinjau dari sisi keharusan untuk
memberikan kepada setiap huruf haknya masing-masing, dan agar tidak keluar dari
hukum-hukum yang sudah disepakati.
Tujuan. Mempelajari dan menguasai ilmu ini bertujuan memastikan
pembaca mempunyai bacaan yang bagus, cara membaca yang baik, dan menjaga
lidahnya dari kekeliruan ketika membaca Al-Qur’an, sehingga memperoleh ridha
Allah dan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Manfaat. Menurut Syekh Abu al-Khair al-Jazari dalam at-Tamhid
fi ‘Ilm at-Tajwid, faidah yang dapat dipetik dari mempelajari, menguasai
dan menerapkan ilmu ini adalah kemampuan untuk ber-tadabbur terhadap
makna ayat-ayat Allah, ber-tafakkur terhadap hal-hal yang tersimpan di
baliknya, menyelami kedalaman serta keluasan maksudnya, serta merealisasikan
apa yang dikehendaki oleh Allah di dalamnya. Allah berfirman, “Ini adalah
sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayat-Nya (tadabbur) dan supaya orang-orang yang mempunyai
fikiran bisa mendapat pelajaran (tadzakkur).” (QS Shaad: 29).
Rasulullah sendiri
memerintahkan kita untuk memperindah bacaan Al-Qur’an, “Hiasilah Al-Qur’an
dengan suara kalian.” (Hadits riwayat: Abu Dawud, an-Nasa’i, Ahmad dan Ibnu
Majah). Demikianlah, ketika kata-kata terucap jelas, suaranya enak didengar,
iramanya sedap dinikmati, maka hati dan jiwa pun akan mudah terfokus kepada
pesan-pesan yang dibawanya. Biasanya, semakin bagus bacaan dan suara, maka
semakin menarik pula untuk didengar dan diperhatikan. Pada gilirannya, manusia
akan tergerak untuk mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya, merindukan
janjinya, merasa khawatir terhadap ancamannya, mempercayai beritanya, mau
memahami batasan halal-haramnya, takut melalaikannya, dan seterusnya. Ini
adalah manfaat yang sangat besar dan menjadi inti dari penurunan Al-Qur’an,
yakni agar merasuk ke dalam hati dan menjadi pedoman dalam kehidupan.
Keutamaan. Ilmu ini terkait dengan Kitabullah, sehingga
terbilang sebagai ilmu yang sangat mulia. Dengan ilmu ini maka seorang muslim
akan sangat terbantu untuk membaca Al-Qur’an sebaik-baiknya.
Perintis. Orang pertama yang menyusun karya di bidang ini
adalah Abu Muzahim Musa bin ‘Ubaidillah bin Yahya bin Khaqan al-Khaqani
al-Baghdadi al-Muqri’ (w. 325 H). Karya ini ditulis dalam bentuk syair, terdiri
dari 51 bait.
Sumber bahan
kajian. Tatacara membaca Al-Qur’an
disandarkan dan diambil sepenuhnya dari bacaan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, para Sahabat radhiya-llahu ‘anhum, dan para imam qira’ah
dari generasi tabi’in serta tabi’ tabi’in, demikian
seterusnya sambung-menyambung sampai kepada kita.
Literatur
penting. Ibnu al-Jazari menyebutkan beberapa
karya yang telah ditulis di bidang ini, antara lain: ad-Durr al-Yatim
karya Maulana Muhammad Bir ‘Ali al-Barkali (w. 981 H) beserta syarah-nya
yang ditulis Syekh Ahmad bin Muhammad al-Aqhishari ar-Rumi (w. 1043 H), ar-Ri’ayah
li Tajwidi al-Qira’ah wa Tahqiqi Lafzhi at-Tilawah karya Abu
Muhammad Makki bin Abu Thalib al-Hamawy al-Qaysi (w. 437 H), Ghayatu
al-Murad karya Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad, al-Muqaddimah
al-Jazariyah karya Abu al-Khair Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Yusuf
al-Jazari ad-Dimasyqi (w. 833 H) beserta syarah-nya yang banyak sekali,
dan al-Wadhihah fi Tajwidi al-Fatihah karya Syekh Abu Muhammad Burhanuddin
Ibrahim bin ‘Umar bin Ibrahim al-Ja’bari al-Khalili (w. 722 H).
Saran
bacaan. Sebagai bahan kajian, terutama
untuk usia dini dan para pemula, silakan menelaah buku-buku yang kami akan
sebutkan disini. Jika berupa serial, bisa ditelaah secara urut. Jika bukan, maka
bisa dipilih salah satunya.
1. Al-Muqaddimah fi Fann
at-Tajwid, atau dikenal sebagai al-Muqaddimah
al-Jazariyah, karya Syekh Abu al-Khair al-Jazari ad-Dimasyqi. Terdiri dari
107 bait. Karya ini banyak dipergunakan oleh berbagai lembaga pendidikan.
2. Manzhumatu Tuhfat
al-Athfal wal Ghilman fi Tajwidi al-Qur’an, karya Syekh Sulaiman bin Husain bin Muhammad
al-Jamzuri asy-Syafi’i (w. 1198 H). Ditulis dalam bentuk qashidah,
terdiri dari 61 bait. Buku ini sudah dicetak berkali-kali dan banyak dipakai di
berbagai lembaga pendidikan. Syarah-nya juga banyak ditulis oleh para
ulama’ yang berkompeten.
3. At-Tajwid al-Muyassar, karya Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdul Fattah
al-Qari’.
4. Qawa’idu at-Tajwid ‘ala Riwayati
Hafsh ‘an ‘Ashim bin Abi an-Najud, karya Syekh ‘Abdul ‘Aziz juga. Buku ini merupakan kelanjutan buku pertama
diatas.
5. Majmu’atu at-Tajwid, juga karya Syekh ‘Abdul ‘Aziz. Ini seri ketiga
yang menggenapi dua buku sebelumnya. Disini beliau merangkai dengan baik sekali
berbagai nazham (semacam bait syair) terbaik tentang qira’at Hafsh
disertai penjelasan dan tahqiq-nya. Buku ini cocok bagi mereka yang
ingin menjadi spesialis di bidangnya. Pada bagian pertama, dimuat dua qashidah
klasik dalam ilmu ini, satu karya Abu Muzahim al-Khaqani yang terdiri dari 51
bait, sementara lainnya adalah karya Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Abdush-shamad
al-Hamdani as-Sakhawi (w. 643 H) yang terdiri dari 64 bait.
6. Al-Burhan fi Tajwidi
al-Qur’an, karya Syekh Muhammad
ash-Shadiq al-Qamhawi.
7. Nihayatu al-Qaul al-Mufid fi
‘Ilm at-Tajwid, karya Syekh
Muhammad Makki Nashr al-Jarisi asy-Syafi’i (w. 1305 H).
8.
Ahkamu Qira’ati al-Qur’an, karya Syekh Mahmud bin Khalil al-Hushari (w. 1401
H), guru dari para qari’ di Mesir pada zamannya. [*]